Monday, November 24, 2014

Menjadi Agen Muslim dan Islam yang Baik :)

1

31 desember 2013, hari itu saya sedang di bandara bersama keluarga dan rombongan untuk pergi ke suatu tempat yang saya impikan sejak lama :)

Kami sekeluarga sampai di bandara sebelum zhuhur. Waktu check in masih lama karena penerbangan kami dijadwalkan setelah maghrib, tapi pihak travel menjadwalkan rombongan sudah berkumpul sejak zhuhur karena ramainya keberangkatan hari itu. Akhirnya kami sekeluarga memutuskan untuk ke mushalla menungu tiba waktu zhuhur.

Di samping jalan menuju mushalla, seorang wanita WNA terlihat sedang kebingungan di depan Coffee and Tea vending machine (atau apa sih istilahnya? Mesin kopi dan teh otomatis yang tinggal masukin uang trus keluar minumannya itu looh..). Wanita tersebut dikelilingi beberapa orang laki-laki Indonesia yang ia tanyai sesuatu namun mereka terlihat tak tahu bagaimana harus menyampaikan maksud mereka kepada wanita ini. Yang terdengar dari beberapa laki-laki itu adalah kata no, no, dan no.

Saya akhirnya mendekati WNA tersebut dan bertanya mengenai apa yang sedang terjadi. Agak grogi sih sebetulnya karena saya udah lama gak ngomong bahasa inggris, hehe. Tapi, bismillah.. dan percakapan itu terjadi.

Ternyata madam ini mau beli minum di mesin minuman, di mesin ga ada keterangan apa-apa cuma ada tulisan Rp 15.000, tapi pecahan uang yang dia punya adanya Rp 20.000. Daritadi dia nanya ke orang-orang untuk menukarkan uang dan cara menjalankan mesin, tapi orang-orang di sekitarnya yang dia tanya nampak bingung dan cuma bilang no no no.

Berhubung saya ga bawa dompet -saya baru sadar bahwa saya gak bawa uang sama sekali- jadi saya menukarkan uang madam ini ke ibu saya dengan pecahan yang bisa digunakan olehnya. Hahaha, parah emang mau bepergian jauh malah gabawa uang tunai, mentang-mentang jalan sama keluarga. Kami akhirnya mencoba mesin tersebut. Saya tertawa dan membuat madam bertanya "what are you laughing at, miss?" Saya kemudian menjawab alasan saya tertawa "honestly, madam, i've been passing this machine several time and have no interest in buying coffee from this machine. I've never tried this kind of machine before, it's really my first trial and i'm guiding you right now". Mendengar itu, madam tertawa senang "it's ok, what you've done is really a help".

Madam tersebut sebetulnya menginginkan minuman kopi dingin, tapi yang sedang tersedia di mesin (dan baru diketahui ketika uang telah dimasukkan) adalah kopi hngat dan teh dingin. Akhirnya dia mengganti pilihannya menajdi kopi hangat dengan alasan  “well, that’s better than losing fifteen thousand”. Kirain duit 15ribu yg saat itu cuma satu koma sekian dolar kaga bakal disayang-sayang sama orang luar negeri, haha.

Kopi panas telah didapatkan. Dia mengucap terimakasih berkali-kali, lalu menunjuk suatu sudut di gedung ini. Terlihat seorang lelaki WNA eropa seumur madam ini berdiri di sudut yang ditunjuk madam tersebut lalu melambaikan tangan ke arah kami. "He's my hubby and he'll really appreciate if he know what you've done for me”. Sampai disini, saya bingung karena kalimatnya terdengar lebay, saya mengatakan “nothing special with changing money and pressing this machine button, ma’am”. Dia tertawa, menyeruput kopi hangatnya, dan bercerita.

“We came visiting Indonesia with a big goal. Guess what?” Dia bertanya.

Pertanyaan ini terlalu mudah dijawab bagi saya, mayoritas WNA datang ke Indonesia tentu ingin berwisata menikmati alam Indonesia “Traveling and enjoying the beautiful scenery of Indonesia?”, tebak saya.

Dia tertawa, lalu berkata “don’t you realize? The life of muslim is wonderful, peaceful. And islam is a great religion".

Kalimatnya jelas bukan jawaban langsung untuk tebakan saya, sepertinya dia ingin saya menyimpulkan. Ya, saya pernah mendapati beberapa orang datang ke Indonesia untuk mengetahui islam lebih dekat, dan seperti apa kehidupan muslim sebetulnya, benarkah islam mendoktrin umatnya untuk memusuhi umat agama lainnya, dan alasan-alasan lainnya yang tak bisa mereka temui dalam kehidupan keragaman umat beragama di negara mereka.

Di kejauhan, ibu saya terlihat melambaikan tangan memanggil saya untuk bergabung bersama rombongan, saya meminta diri pada WNA ini sambil dalam hati mendoakannya mendapat hidayah islam. Dia mengucapkan pesan perpisahan

“be a proud muslim, and be a good representative for islam, many people will judge how islam is by seeing the muslim. Yea I know it’s unfair, but somehow that’s their easiest access to get to know how your religion is”

Pesan yang makjleb dan beraaat buat seorang saya, tapi membuat saya sadar bahwa kita sebagai muslim adalah agen-agen islam yang harus berusaha sebaik mungkin merepresentasikan islam. J

Saya berjalan menuju tempat keluarga saya menunggu bersama rombongan, lalu kemudian memilih duduk diatas trolley bersama koper-koper. Di dekat saya ada dua orang bapak berseragam rombongan kami sedang bercakap seru dan disampingnya ada seseorang yang mengantar rombongan dan saat itu saya belum tahu namanya.  Dari percakapan dua bapak tersebut, tanpa berniat menguping, terdengarlah sebuah kalimat,
“tugas kita adalah berbuat baik, menaati agama, urusan balasan dan menilai itu hak Allah, kita hanya perlu menjadi muslim yang baik dan mengharap ridho Allah”.
Ah, sebuah perjalanan impian, ke negeri tempat asal manusia dengan akhlak terindah, dan diawali dengan kejadian yang meberikan pesan-pesan indah.


Aku menatap langit-langit bandara dan mengucap dengan haru di dalam hati, “labbaik Allahumma labbaik”

1 comment: