Thursday, December 26, 2013

Dinni, Foto Kamu Mana?

0

kali ini saya mau cerita pengalaman pribadi yang terulang berkali-kali. Penting untuk dibagi dan diketahui orang-orang? Saya gak yakin sih, Tapi, yaa.. mudah-mudahan bisa menjawab pertanyaan teman-teman dunia maya yang suka nanya "kamu itu yang mana?" atau pertanyaan lain yang intinya kepingin tau, rupa saya seperti apa. Dan inilah dia... eng ing eng...

Teman-teman yang sudah berteman di facebook dengan saya sebelum juli 2010 sepertinya tahu bahwa saya dulu pernah menggunakan foto profil yang memang benar foto saya - ada wajah saya. Tapi kemudian perlahan foto saya menghilang dari pandangan teman-teman.. baik di proteksi ataupun saya delete.

Bermula di tahun 2010 (sejatinya saya lupa mulai kapan, tapi kayanya sih bener tahun 2010), saat itu masih hangat-hangatnya tren tontonan film bioskop, novel, atau sinetron yang menamplkan tokoh atau cerita dengan label islami. Waktu saya lagi log in FB, tetiba di bagian ad atau promoted page muncul fan-page seorang aktris yang mengenakan hijab/khimar. Iseng, saya buka link fan-page tersebut dan melihat ada banyak (puluhan) foto aktris tersebut (yaiyalah, fan page aktris itu penuhnya ya sama fotonya, masa sama foto saya, hahaha). Foto-foto disitu ada yang dipost oleh pembuat page, ada juga yang diupload oleh para likers atau jempolers (maksudnya yang nge-like, gituh).

Bukan, bukan jumlah foto, performance, pose, apalagi fashion aktris tersebut yang menjadi perhatian saya. Saya saat itu hanya sekedar ingin tahu seperti apa fan-page seorang aktris karena saya hanya menjempoli fan-page penulis atau page dari beberapa buku, belum tau page selebriti. Maka saya buka beberapa foto di page itu, dan terdiam memandang foto-foto tersebut.

Saya tidak bisa berbohong bahwa sebagai wanita pun saya terpana dengan kecantikan mbak aktris berhijab ini. Tapi sungguh, diamnya saya saat itu karena terhenyak, dan menyadari ada perasaan dari lubuk hati saya yang mengatakan bahwa ada yang gak oke, pada page tersebut, juga pada saya.

Ucapan saya saat melihat foto itu yang dijempoli dan dikomentari puluhan hingga ratusan penggemarnya (saya gak ingat, mungkin ada yang dijempoli ribuan orang juga?) adalah kalimat istighfar, "astagfirullah". Bukan, bukan karena saya lebih suci, bukan pula karena foto tersebut menurut saya jelek. Bukan karena fisik, karena pun pakaian, akhlak, dan amal saya mungkin tak sebaik mbak aktris ini. Tapi karena ketika melihat komentar di foto itu, melihat jempolers di foto itu... membuat saya sadar bahwa ada yang belum benar pada fesbuk saya. Kalimat komentar pada foto-foto itu adalah kalimat thayyibah, kalimat yang baik, bahkan banyak yang isinya pujian kepada Allah seperti "subhanallah", "masya Allah", "alhamdulillah".

Tapi..

Tapi banyak dari jempolers dan komentator dari foto-foto itu adalah kaum pria, ya: LELAKI. Entah lelaki tipe yang senang datang ke pengajian atau lelaki yang mana saya gak tau. Bahkan ada di dalam salah satu komentar yang tertulis mengerikan: mimpi bertemu sang aktris, terus kepikiran sang aktris, berharap pasangannya bisa dipoles seperti sang aktris. Saya gak nemu kata lain selain kata ini: NGERI. Saya merasa ngeri mengetahui ada laki-laki yang memandang foto sang aktris sambil berangan-angan entah apapun angan-angannya. Saya ngeri mengetahui ada laki-laki diantara komentator itu yang tidak khusyu sholatnya karena pikirannya teralihkan dengan mbak aktris ini. Saya ngeri mendapati ada orang yang memajang foto mbak aktris ini di wallpaper desktopnya, di hape nya, bahkan mengoleksi foto-fotonya. Aaaaa.. pokoknya saya ngeri menyadari bahwa ada sholat-sholat yang tak khusyu karena foto itu, ada doa-doa yang akhirnya terpanjat dengan hati yang lalai karena foto itu, ada laki-laki yang berandai-andai padahal andai-andai nya itu tak dibenarkan agama karena foto itu.

Sedari dulu saya berfikir bahwa foto saya itu "aman" untuk dilihat karena saya mengenakan khimar (kerudung) sehingga aurat sudah tertutup. Tapi melihat ini, mbak aktris dengan aurat tertutup dan pose foto gak macem-macem pun menggemparkan laki-laki, maka foto saya tak aman. Saya juga pernah berfikir, karena saya bukan tokoh terkenal, saya juga bukan orang yang punya penggemar apalagi secret admirer, (yah gampangnya, belum ada orang yang kesengsem sama saya dengan sekali lihat dari wajah) maka foto saya aman. Tapi saya tersadar, saya sering mendapati orang-orang berkomentar secara lisan (gak dikomen di FB nya) terhadap foto yang orang lain upload di fb dengan kalimat yang mencemooh fisiknya, padahal sungguh fisik itu adalah ciptaan Allah, bukan keinginan pemilik rupa tersebut. Maka saya tak ingin, nantinya ada orang yang terhipnotis melihat foto saya (okeh, kalimat ini lebay, hehehe) ataupun menghina rupa saya ciptaan Allah ini karena foto saya.

Cukuplah orang yang bertemu saya di dunia nyata yang mengetahui rupa saya :)
Meski.. saya pun tak memungkiri kadang saya tetap foto sama teman-teman dekat untuk kenang-kenangan: acara wisuda, sidang sarjana, reuni, dll. Saya mengakui, sebelum kejadian ini, saya termasuk banci kamera :D Terkadang sulit minta teman saya ini untuk tidak mengupload foto saya, atau minta untuk tidak di tag sekalian. Yah, setidaknya, saya berproses, dan biar Allah menilai usaha saya ini untuk menutup satu pintu datangnya pujian atau cemoohan yang saya tidak siap untuk tanggulangi :)

Allahu musta'aan

salam,
dinni

Catatan Kerinduan

0

kerinduan itu sungguh tak bisa diobati selain dengan perjumpaan,
dan teknologi yang ada sesungguhnya bagiku hanya memperpanjang kesabaran untuk memupuk rasa rindu itu,
dan saat rindu itu semakin besar, akan begitu banyak kalimat-kalimat doa membumbung indah teucap dengan keteguhan hati, dilayangkan untuk-Nya pada 'arsy Nya yang agung..

kerinduan kami pada tempat itu, bukanlah karena kecintaan pada dunia-Nya, dan Dia sungguh Maha Mengetahui akan hal itu. Maka  dalam diam kami berdoa, di waktu yang mustajab kami berdoa, dalam susah kami berdoa, harap kami pada kemurahan hati-Nya agar Ia dengan sifatnya Yang Maha Pemurah membukakan jalan bagi kami mengunjungi tempat itu...
al-haramain, dan menjawab panggilan-Nya dengan sahutan yang indah... "Labbaik Allahumma Labbaik.."

Thursday, November 21, 2013

Pengadilan Jeruk

0

Pernah makan jeruk, kan?
Ada jeruk yang terlihat begitu manis dengan warna kulit jingga keemasan, rasanya manis tak mengecewakan. Jeruk lainnya berkulit hijau meski telah tua atau ranum, dan rasanya kecut masam tak enak ditelan. Tapi, ada pula jeruk berkulit hijau yang rasanya manis menyegarkan.

Sama seperti halnya jeruk shantang atau jeruk kecil-kecil yang belakangan mudah kita temui di pasar-pasar penjaja buah. Di Indonesia, masyarakat kita mengenal dua jenis jeruk shantang. Jenis yang pertama dikenal adalah shantang yang penampakannya mirip jeruk mandarin namun ukurannya mini: berkulit tipis, warna jingga kemerahan. Jeruk shantang jenis kedua yang biasa ditemui di penjual buah biasa disebut shantang madu atau shantang daun. Shantang madu/daun ini penampilannya mirip jeruk siem atau keprok dalam ukuran mini: kulit hijau tua dengan sedikit gradasi jingga bila ranum, daging buah berwarna kuning atau jingga, dan kandungan air lebih banyak dari shantang yang mirip mandarin. Rasanya shantang madu ini sesuai namanya, super manis nyaris tanpa rasa masam.

bagi yang menginginkan jeruk shantang manis tapi belum mengetahui jeruk shantang madu, mungkin ketika disuruh memilih shantang mandarin dan shantang madu, orang tersebut akan memilih shantang mandarin karena penampilannya yang menjanjikan: warna jingga khas jeruk manis ranum. Tapi buat yang mendambakan jeruk manis dan berair dan sudah mengetahui kedua jenis shantang ini, tentulah akan memilih shantang madu.

dan, begitulah hidup ini. Seringkali kita melihat dengan sudut pandang 'umumnya' yang akhirnya seperti mengadili. Kita mengadili jeruk shantang madu yang berkulit hijau sebagai jeruk yang masam tanpa pernah mencobanya, mengetahui isi di dalamnya, dan merasakannya. Kita terlanjur terpikat pada hal umum yang dipegang oleh banyak orang, "katanya jeruk yang manis itu kulitnya oren", "biasanya jeruk yang matang itu begini, begitu, seperti ini, seperti itu".

Lain lubuk, lian ikannya. Lain ladang, lain pula jeruknya. Begitulah kita, manusia, seringkali memberikan penilaian atau labeling pada orang lain, tanpa pernah benar-benar berinteraksi, mencari tahu, siapa dan bagaimana sesungguhnya orang yang dikatakan baik atau buruk oleh orang-orang ini. Benarlah pepatah berbahasa inggris yang menyebutkan jangan menilai sebuah buku dari halaman muka nya. Karena jeruk yang hijau, tak selamanya masam.


Friday, October 4, 2013

Thursday, September 19, 2013

#gombalan metalurgis | episode: Korosi

1

kalau anda mencari bacaan serius penuh hikmah, sungguh saya menyarankan tulisan ini dilewat saja daripada dibaca :-D

Abang: Neng, kita putus dulu aja, ya?

Neng: Abang, neng salah apa sampe diputusin?

Abang: ini neng, abang kemarin nyari amplas ga ketemu

Neng: kok abang malah ngomongin amplas sih? Ini tentang hubungan kita bang..

Abang: iya neng, abang mau mengikis korosi di hati abang. Abang gak mau serangan lingkungan dan ion agresif makin mengkorosi hati serta iman abang dan neng. Sekarang biarlah kebesaran hati abang yang terkorbankan dengan dikikis pake amplas hati, soalnya abang ga tega kalo neng jadi anoda korban perasaan lebih jauh sama abang

Neng: bang, kalo gitu kita proteksi hati pake Impress Current lewat restu ortu dan KUA aja bang

#eaaa

____
catatan: cerita ini hanya fiksi yang sedikit dibumbui keilmuan metalurgi, terinspirasi dari catatan kuliah, bukan pengalaman pribadi, jika ada kesamaan tokoh dan cerita, penulis mohon maap dan ga tanggung jawab :)

Thursday, September 12, 2013

Cumlaude di Hati Bapak

0

Bandung, 13 Juli 2013

Allah lah yang memalingkan, membolak-balik hati manusia. Begitu pun hati saya, hingga akhirnya tulisan ini dapat dibuat. Karena jika saya memantapkan pilihan 3,5 tahun yang lalu, tulisan ini tentunya akan berisi kalimat yang berbeda dan diwaktu yang berbeda :)

Hari ini, pagi hingga siang tadi, saya baru saja melalui prosesi sidang terbuka wisuda sarjana di Sabuga. Yup, Alhamdulillah, atas pertolongan dan rahmat Allah subhanahu wa ta'ala, saya merasakan diwisuda, lulus dari ITB 'melalui' Sabuga. Setelah waktu TPB dulu, setiap ada prosesi wisuda, saya dan teman-teman kadang berceloteh "kita juga nanti keluar dari ITB dari sabuga, jangan dari annex ya".

Dan wisuda ini, salah satunya adalah hasil dari pembalikan hati.
Sekitar 3,5 tahun yang lalu, saya menerima indeks prestasi belajar saya yang pertama di ITB. Hasilnya? Bagi saya, tidak memuaskan.

Setelah lama berpikir, dilatarbelakangi perasaan 'gak klop' dengan kuliah yang dijalani, ketidakyakinan bisa bertahan dan memperbaiki keadaan, masih penasaran dengan jurusan-jurusan lain yang saya minati tapi tidak saya ambil saat memilih ITB, dan beberapa alasan lain saya akhirnya memberanikan diri berkata pada Ibu dan Bapak, "Pak, Bu, teteh mau pindah kuliah.."

Belum selesai kalimat saya saat itu, Ibu memotong, "bukannya dulu teteh yang mantap pilih kuliah di bandung daripada di jogja?". Saya bisa menebak kemana arah kalimat Ibu dan Bapak saat itu, saya yakin bukan marah yang akan saya terima, tapi pertanyaan-pertanyaan. Yang ditanyakan Bapak pertama saat itu, "apa teteh yakin kalau pindah kuliah bisa jadi lebih baik? apa teteh bisa menjamin diri teteh sendiri bakal survive dan nyaman, apa yang bisa Bapak pegang untuk jaminan janji teteh?". Ah, dua pertanyaan itu, pertanyaan yang sudah terpikirkan tapi tak mampu saya jawab selama memikirkan ini. Saya ingat, tidak ada jawaban yang saya buat, hanya sajadah dan mushaf Bapak yang bersaksi bisu di mushola saat itu. Melihat saya diam dengan lisan kelu, Bapak akhirnya berpesan, "lanjutin lagi aja istikhorohnya".

Beberapa hari kemudian Bapak mengajak saya makan di teras rumah. Saya tau, ada hal penting yang Bapak ingin bicarakan dengan gaya yang dibuat santai sambil makan siang ini. Saya tidak berani memulai percakapan, lalu Bapak memulainya.

"teh, yakin gak ngerasa rugi kalau pindah kuliah? Bukan biaya yang Bapak-Ibu permasalahin, karena sebagai orangtua, ngeliat anak ngejalanin apa yang gak disukain itu rasanya perih. Uang itu bisa dicari, rizki Allah luas. Bukan juga waktu kamu yang bakalan satu tahun seolah mengulang kuliah. Tapi Bapak sama Ibu yakin, teteh cukup kuat untuk bisa beradaptasi, karena selama ini juga teteh bisa menyelesaikan masalah-masalah teteh dengan baik"

saya menghela nafas, menunggu kalimat Bapak berikutnya.
"Bapak sama Ibu gak menuntut aa-teteh-Dinda jadi juara kelas, IP luar biasa, lulus cumlaude, dan hal duniawi lainnya. Bapak cuma yakin, setiap ilmu itu bermanfaat kalau benar dan diamalkan. Anak-anak Bapak itu sudah cumlaude dihati Bapak, selalu.  Yakin sama ikhlas aja, benerin niatnya untuk dapat ilmu, terus ilmunya bermanfaat, berapapun nilai dunia nya. Yang Bapak gak rela itu kalau kalian berilmu tapi jauh dari agama, lalu durhaka dan memberatkan siksa atas tanggungjawab Ibu Bapak waktu kiamat. Hasil istikhoroh Bapak, kamu lanjutin aja kuliahnya, niatkan selalu untuk ikhlas, nanti Allah kasih balasan untuk keikhlasannya"

Anak-anak Bapak itu sudah cumlaude dihati Bapak, selalu.

Bapak berhenti sejenak, lalu meneruskan,
"Rasulullah shollallahu 'alaihi wa sallam bersabda, Barangsiapa menempuh jalan mencari ilmu, Allah akan memudahkan jalannya ke surga. Dimanapun menuntut ilmunya, kalau bermanfaat dan benar, gak melupakan belajar ilmu agama, dan gak membuat kita berpaling dari agama Allah, insya Allah ada kemuliaan disisi Allah"

Wacana pindah kuliah itu berhenti sampai disitu. Kata-kata "Anak-anak Bapak itu sudah cumlaude dihati Bapak, selalu" dan hadits yang disampaikan Bapak saat itu yang memalingkan hati saya dari kecondongan pindah kuliah jadi melanjutkan. Dan hari ini, saya sangat bersyukur pernah mengalami hari-hari itu, hingga mendapatkan kalimat super dari Bapak. Alhamdulillahi robbil 'alamiin, berbekal ridho Allah dan ridho orangtua, tugas belajar sarjana purna sudah. Apakabar nilai saya? Ya, kadang sangat baik, kadang baik, dan kadang cukup. Allah Maha Tahu, karena mungkin saya belum cukup tangguh untuk mendapat ujian atau kenikmatan nilai luar biasa, maka saya diuji dan diajarkan merasakan nilai istimewa hingga biasa-biasa saja, tanpa pernah gak lulus suatu mata kuliah. Setidaknya, dengan memilih 'menetap' di kampus ini, saya bertemu dengan keluarga-keluarga baru: Teman-teman kosan, teman-teman MG'09, keluarga IMMG, teman-teman keluarga PM KM, kerabat plurker, teman-teman MTQ, teman-teman muslim-muslimah, serta banyak orang lain yang memberikan inspirasi dengan terlebih dahulu menjadikan ilmu yang ada pada mereka bermanfaat.

Dan kalimat Bapak itu, akhirnya kembali Bapak ucapkan saat memberikan sambutan mewakili orangtua mahasiswa pada acara syukuran wisuda Teknik Metalurgi Juli 2013 "Anak saya tidak cumlaude, tapi Dini selalu cumlaude di hati Bapak.." ahaha, pastilah airmata saya meleleh saat itu kalau gak ditahan. Saya tidak tau Bapak ingat atau tidak bahwa beliau pernah mengucapkan semua ini, tapi catatan ini menunjukkannya begitu.

duhai Allah Yang Maha Pengasih dan Pemberi Kasih, Yang Membolak-balik hati manusia, mantapkan hati kami untuk selalu berjalan pada agama-Mu, dan jadikan semua ini bermanfaat. Sayangilah kedua orangtua kami, ampuni dosa keduanya, sebagaimana keduanya mengasihi dan mendidik kami diwaktu kecil


*tulisan ini dipindahkan dari catatan pribadi, di post pada 12 September 2013

Wednesday, September 4, 2013

Ketakutan-ketakutan

0

Sejatinya, saya - atau mungkin kita, sedang dalam ketakutan
takut tidak bisa melakukan apa yang kita ucapkan
takut tidak mengerjakan apa yang kita sarankan
takut tak penuhi nasihat yang kita wasiatkan
takut tak tepati apa yang kita janjikan lalu terlupakan
takut lisan yang lebih runcing dari belati
takut hanya cairan telinga tak cukup menyaring yang didengar
takut penglihatan tertusuk pemandangan tak pantas
takut jemari ini mengambil tanpa nurani
takut lutut ini mengayun kaki dalam kobaran api - neraka
takut okisgen habis, sulit hembuskan nafas
takut, ya kita dalam ketakutan

kita takut karena kita tak mampu berhitung,
menjumlah reward atas kebaikan yang kita kerjakan
mengurangi reward karena pekerjaan yang tak ikhlas
mengalikan reward dari kebermanfaatan yang mengalir
membagi reward atas hadirnya dengki dan dosa

tapi kita memilih lupa,
tergiur oleh manisnya gula-gula dunia
padahal sesungguhnya kita: miskin amal, miskin ilmu, miskin harta
yang tak segera memohon ampunan dari kesalahan
yang tak segera mengerjakan kewajiban
yang lalai dari amanah titipan
yang lengah atas kecerdikan lawan
yang pongah oleh kekuasaan

kau tahu, aku takut, karena..
sesungguhnya manusia dalam kerugian,
kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal sholih

Bumi Allah berjuluk Kota Kembang, 4 September 2013




Wednesday, August 7, 2013

Puasa med-sos, Manajerial Waktu, dan Tugas Akhir

0

Assalamu'alaikum warohmatullah,
ahaha, udah lama rasanya ga buat tulisan di blog ini. Tulisan lho ya, bukan sekedar nge-post. :-D
Post terakhir saya yang berupa tulisan dibuat pada 16 Maret 2013, dan saat saya menulis post ini kalendar menunjukkan tanggal 7 Agustus 2013 (H-1 Idul Fitri, hoho). Artinya, ada kekosongan post sekitar 4 bulan. Wew, lama juga ternyata.

Selama berhenti membuat post blog tersebut, saya ber-'uzlah' dari blogging untuk menyelesaikan tugas akhir. Tekad saya saat itu, tidak membuat blog-post sampai penelitian tugas akhir plus skripsi dan urusan wisuda lainnya selesai. Facebook dan twitter saya juga sempat off, meski akhirnya terpaksa harus diaktifkan lagi karena banyak informasi yang disampaikan di dua med-sos tersebut. Akun saya di jejaring Plurk juga sempat saya titipkan ke Mbak Endah untuk diganti passwordnya agar saya tidak bisa log-in. 'Puasa' media sosial internet ini saya lakukan agar waktu berselancar dunia maya saya bisa dikurangi sehingga bisa dialokasikan untuk kegiatan lain yang mendukung penelitian. Hmmm.. yang saya lakukan ini mungkin dinilai lebay alias berlebih-lebihan bagi sebagian orang, tapi percayalah, ini efektif buat saya. Karena dari 24 jam yang Allah ta'ala pinjamkan saat itu kepada saya, hanya waktu internetan saya yang memungkinkan untuk dikurangi. Waktu mengerjakan tugas akhir saya di lab fix, sekitar 10 jam total dalam sehari. Waktu kuliah saya juga fix, ga bisa diganggu gugat tentu. Waktu tidur udah sedikit, saya tidur se-ketidurannya saat itu. Waktu ibadah gak bisa diotak-atik, karena ini kewajiban dan sunnah adalah kebutuhan. Waktu ketemu manusia buat saya udah termasuk refreshing, jadi ketemu teman satu lab, teman panitia MTQ, dan teman kost adalah kebutuhan, hehe. Jadi, saya menilai waktu internetan saya yang masih bisa 'dikorbankan'.

Waktu untuk internetan saya sendiri sebetulnya berdasarkan tujuan akses terbagi jadi tiga: untuk belajar, untuk wawasan, dan untuk hiburan (termasuk keep-contact sama teman-teman di dunia maya). Nah, waktu internetan yang ketiga saya alihkan untuk memelajari paper pendukung selama mengerjakan tugas akhir. Hasilnya? Alhamdulillah, atas rahmat dan pertolongan Allah ta'ala, tugas akhir-skripsi-sidang sarjana-urusan wisuda saya sudah selesai akhir Juni 2013. Yupp, atas izin Allah subhanahu wa ta'ala, saya di wisuda sebagai sarjana Teknik Metalurgi dari ITB pada Juli 2013.

Jadi, buat siapapun yang membaca tulisan ini dan merasa kekurangan waktu, apa yang saya lakukan ini semoga bisa menginspirasi. Karena waktu yang Allah pinjamkan kepada kita setiap harinya dan setiap orang sama: 24 Jam. Saat merasa kurang waktu, maka bukan waktu sehari yang diperpanjang, tapi alokasi (peruntukan dan penggunaan) waktu tersebut yang perlu kita atur.

Tapi, tahu apa yang lebih penting dari manajerial waktu ini? Do'a dan sedekah. Ya, berdo'a, memohonlah kepada Allah tanpa putus untuk kemudahan segala urusan, karena Allah lah yang memiliki dan menguasai segalanya, termasuk urusan waktu ini. Lelah pasti terasa, tapi mendekati Allah, kita tak pernah kecewa :). Bersedekahlah, dengan apapun yang kita mampu dan bermanfaat, karena sedekah kita itu bisa jadi sangat meringankan urusan orang lain. Bukankah, Allah akan meringankan urusan seseorang yang meringankan urusan saudaranya?
^^
Assalamu'alaikum warohmatullah

Wednesday, July 24, 2013

senyum

0

aku kadang tersenyum, karena aku bahagia. Karena sulitnya menutupi kebahagiaan tanpa dibagi. Seperti hari itu, hari dimana orang-orang banyak melantunkan surat Al-Kahfi, ketika berita itu sampai dan... semua terasa bersinar.

aku kadang tersenyum, untuk mengisi kebingungan. Karena aku tak tahu apalagi yang bisa diekspresikan selain senyum, mungkin ini yang termudah saat bingung tak punya bahan pembicaraan. Seperti hari itu, hari dimana pria yang kubanggakan -bapakku- bertemu dengan para penyalur ilmu pengetahuan bagiku di ruangan itu. Tatkala aku bingung hendak berkata apa, ketika mendengar berita Februari. ah, bulan yang manis kendati aku tak memiliki apa-apa.

aku kadang tersenyum, untuk menghilangkan kegundahan. seperti halnya kemarin, saat aku tak memahami sepenuhnya pesan yang aku dapatkan. Entah kenapa rasanya gundah, saat tak tahu itu sebuah tanda jeda, koma, ataukah titik akhir begitu saja.

aku kadang tersenyum, untuk menutupi raut wajah yang meringis menahan tangis. Entahlah, mungkin ini adalah obat terbaik atas kepedihan. disini, saat aku enam hari lalu membubuhkan harapan..

Tuesday, July 23, 2013

yang aku tak pahami

2

asa itu..
mungkin ringan layaknya kapas,
karena dapat sekejap terbang
dalam helaan nafas

atau mungkin asa seperti molekul air
yang berada pada titik tripel kesetimbangan wujudnya
yang bisa membeku mengeras kaku begitu, bungkam
yang bisa menguap hilang tanpa bayang, senyap
atau tetap cair lalu mengalir menelusuri garis takdir,
asa yang tercapai

sedangkan perasaan, sungguh lebih abstrak wujudnya
entah ia getas sehingga mudah hancur
ataukah ia ulet hingga kadang elastis,
mampu ditarik dan sedikit mengulur,

asa ini,
perasaan ini,
mungkin sedang terfermentasi,
yang entah jadi manis, atau masam
karena aktivitas bakteri

kugantungkan asa pada Ilahi,
semoga perasaan ini adalah karunia,
dan hakiki

dariku, yang tak pandai kumpulkan kata
menggubah syair semanis gula

Saturday, April 20, 2013

Narkoba Jenis Baru

0

A melihat temannya, B, sedang serius berfikir ketika membaca sebuah berita.

A; "baca berita apa sih B, kok serius bener?"
B: "ini, berita tentang tes narkoba yg dipakai untuk tau dikecelakaan ini ada unsur human failure karena narkoba atau enggak"
A: "oh, terus kenapa malah jadi mikir gitu? biasanya kamu ga sampe kepikiran segitunya deh"
B: "ini loooh.. tes narkoba dari sampel rambut. Aku bingung, emang narkoba ada yang bentuk shampoo terus dipake dengan cara dikeramas ke kepala?"
A: --_____--"

Ya Allah, perbaikilah..

0

ا للَّهُمَّ أَصْلِحْ لِى دِينِىَ الَّذِى هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِى وَأَصْلِحْ لِى دُنْيَاىَ الَّتِى فِيهَا مَعَاشِى وَأَصْلِحْ لِى آخِرَتِى الَّتِى فِيهَا مَعَادِى وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةًا  لِى فِى كُلِّ خَيْرٍ وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِى مِنْ كُلِّ شَرٍّ

"Ya Allah perbaikilah bagiku agamaku sebagai benteng urusanku; perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku! Jadikanlah ya Allah kehidupan ini penambah kebaikan bagiku dan jadikanlah kematianku sebagai kebebasanku dari segala kejelekan."

H.R. Muslim

di saat aku marah...

0

Aku mencoba bertanya pada diri,
Sungguhkah aku marah?
Dan kudapati sungguh aku marah,
Tapi bukan kepada hamba-hamba Allah diluar sana
Aku marah atas lemahnya diri,
Aku marah atas kelalaian pribadi,
Ya, aku marah pada diriku sendiri
Duhai Allah, maafkan hamba-Mu ini

Sunday, April 7, 2013

Saturday, March 16, 2013

Balada sabun cuci muka dan jerawat remaja

2


Obrolan layaknya para wanita umumnya, kadang menyerempet hal yang berhubungan dengan kamar mandi, yang dicirikan pertanyaan berikut:
A: "Eh, kamu biasanya pakai sabun mandinya apa?"
B: "merk A"
A: "kalo aku merk B, soalnya..." bla bla bla
C: "rambut kamu pagi ini keliatan lebih shiny berkilau gimanaaaa gitu dibanding biasanya"
D: "Oiya dong, hari ini aku pakai shampoo dan conditioner yg disaranin hair-dresser langganan aku"
atau kondisi lainnya, seperti ini:
E: "Kok kayanya jerawat kamu ga ilang-ilang ya?"
F: "Iya niih.. padahal udah pake ... " (bla bla bla)

Saya, sebagai wanita yang jauh dari rutinitas salon (ga pernah ke salon selain potong rambut), ga tau rasanya luluran apalagi spa, pedi-meni cure,juga kadang terlibat dalam pertanyaan atau obrolan ala 'face & body ladies talk' begitu. Ga tertarik sih sebetulnya, tapi kadang cuma pengen tau aja perawatan A itu biar apa, B itu gimana rasanya, kalau pake krim malam itu muka orangnya jadi gimana, di facial itu sakit apa enggak.. Karena saya gak pernah mencoba, ga minat, dan ikut dengerin cuma biar nyambung aja kalo ada yg ngobrol hal-hal kaya gitu, hehe..

Diantara sekian 'face & body ladies talk' yg ditujukan untuk saya, yang paling sering adalah urusan muka dan jerawat. Saya gak punya sabun muka khusus untuk cuci muka sehari-hari, bahkan cuci muka pakai sabun muka itu saya lakukan hanya 'BILA PERLU' jadi ga ada dosis khusus harus sehari sekian kali, kalau ingat pas mandi pagi ya cuci muka pakai sabun kalau enggak ya udah ga kenapa-kenapa.

Dengan frekuensi cuci muka yang tergolong amat pemalas menurut para ladies dan biaya yang sangat minim (karena satu tube ukuran kecil itu bisa belum habis dalam 6 bulan) Alhamdulillah selama ini saya ga punya masalah berarti sama jerawat. Jerawat hanya muncul satu atau dua buah saat masa hormon agak labil, pre atau post datang tamu bulanan aja. Dan itupun gak tiap bulan, hehe. Masalah saya sama wajah itu cuma satu, kalau udah lusuh, mukanya jadi agak berminyak shiny glowing gimanaa.. gitu. Gak parah sih, tapi bikin keliatan kaya orang kucel dan kalau kata ibu saya, 'gak keliatan kaya mahasiswi'. hehehe

sampai beberapa waktu lalu, saya berada di kondisi berikut ini,
X : "Muka lo kok jadi kucel gitu sih din?" 
Saya : *kikuk, megang muka, biasa aja gak kucel-kucel amat* 
X: "Cuci muka gih.. 
"Saya : *masih kikuk, bingung harus diapain ini muka* "Lagi ga punya sabun muka" 
X: "Haah? gak salah? untung selama ini lo ga jerawatan," bla bla bla

dan berlanjut dengan nasihat sekaligus tips perawatan wajah biar ga kucel, ga kusam, ga cepet keriput nantinya, dan seterusnya dan seterusnya.


Saya sebetulnya bersyukur kenal orang seperti X ini yang peduli sama kondisi muka temennya. X juga menyarankan saya untuk beli sabun cuci muka secepatnya, terus rutin cuci muka pakai sabun setidaknya sehari dua kali dan pakai scrub seminggu sekali. Saya pikir, gak ada salahnya mencoba, kan? Siapa tau dengan begini, stereotip saya di rumah yang selalu dibilang ibu sebagai 'mahasiswi kota tapi kaya orang gunung' bisa berubah, siapa tau ibu jadi senang kalau muka saya jadi bersih bersianr terang benderang.

beberapa waktu lalu, akhirnya saya berpetualang di dunia maya untuk cari artikel dokter kulit tentang sabun muka yang kira-kira sesuai sama muka saya, atau minimal.. sabun muka yang aman dipakai seperti apa. Melalui internet juga, saya membandingkan beberapa merk sabun muka yang ada di Indonesia, yang kesemuanya bilang membebaskan muka dari kilap.. tsaaah

akhirnya, saya putuskan untuk membeli merk 1, karena katanya itu sabun muka paling ringan untuk dipake sehari-hari dan bebas kucel. Well, bismillah.. kita tunggu perubahannya saudara-saudara.
2 hari setelah menggunakan sabun muka tersebut (digunakan pagi dan sore), muka saya masih berminyak kalau udah dari pagi sampai sore di kampus. Berminyak sedikit ini kalau kata artikel yang saya baca sebetulnya normal banget buat terjadi setelah beraktivitas seharian. Tapi yaa.. nunggu janji si sabun muka, boleh dong?

hari ketiga sejak penggunaan, ada jerawat di lekukan hidung, langsung 3 buah,  dan itu rasanya sakit banget, karena sering tersentuh tangan. Saya gak curiga, mikirnya 'oh, udah mau dapet kali'. Hari keempat setelah penggunaan, jerawat baru muncul di dagu di bawah bibir, jadi kalau ngomong rasanya sakit, heu heu.. (T_T) jumlah jerawat di bawah dagu ini pun ga tanggung-tanggung: 2 besar 3 kecil.. berikut pori-pori kulit di bawah dagu yg keliatan berisi putih-putih gitu mirip kaya isi jerawat.

Disini saya curiga, sabun muka nya ga cocok buat muka saya. Saya berenti cuci muka pakai sabun tersebut dihari itu juga (hari ke-4). Mata saya memandang sabun muka yang baru dipakai 8 kali itu.. mau dikemanain nih? dibuang kok rasanya kaya buang duit, dikasih ke orang entah siapa yg mau nerima.

Dan yang terpenting, ini nyembuhin jerawatnya gimanaaaaa?? karena jerawat yang saya punya biasanya ga sakit kaya begini, pun biasanya cepat sembuh/hilangnya. Lah yang ini? Sudah seminggu belum hilang juga.

hikmah yang bisa dipetik, hubungan kulit muka dengan sabun muka itu ibarat kuci dengan lubang kunci. Cocok-cocokan, suatu sabun muka bisa jadi cocok untuk A yang berkondisi wajah sama seperti B, tapi ternyata menimbulkan dampak kurang baik untuk si B.
saya hanya berharap saat ini, sabun muka itu dapat sampai ke orag yang bisa memanfaatkan dan jerawat ini segera sembuh.

- dan sebaik-baik pembasuh muka adalah air wudhu yang terjaga tak pernah kering- (Dinni, 2013)

-sekian-

6 stages to knowledge

0


Ibn Qayyim al-Jawziyyah- rahimahullaah - said:


"There are six stages to knowledge: Firstly: Asking questions in a good manner.Secondly: Remaining quiet and listening attentively.Thirdly: Understanding well.Fourthly: Memorising.Fifthly: Teaching.Sixthly- and it is its fruit: Acting upon the knowledge and keeping to its limits."

Thursday, February 21, 2013

After-Campus-Life Questions and Judgements

0

Salam 'alaykum :)
hi all, i'm blogging this in a deadline of my undergraduate research progress report. haha.. ( good job, dinni!)
hm, well, it's not a good example to follow, ok? but i think i want to write this, before everything is going more-over.

I'm 21 years old now, and this July, insha Allah i'll be 22. Now, I'm currently taking undergraduate program in Institut Teknologi Bandung, at Metallurgical Engineering Department. Since January, i entered to the 8th semester - and I hope this semester is my last semester for undergraduate study, hehehe..

being last year student, for me, feels like being a real student. No, i'm not saying that previously i'm not seriously study, it just a feeling of being completely-comprehensively learning. Because now, it feels like the subjects of what i'm learning this semester and the research i do need comprehensive understanding of all subjects since the 1st year of undergrad program. These things make me understand what is the uses of subject A, what for learning subject B, why i have to get laboratory practice of this and that. Late? may be.. haha, but i believe in learning, we never have a word named 'late'. ;)

other things than learning and do research that a bit disturb me are question from people around me. They keep asking about the future, i mean, what i'm planning for the future: after campus life. People keep asking: Dinni, what will you do after graduate? Where will you work? will you continue your study abroad? when will you getting marry?

hmm, well, i thank Allah, Alhamdulillah, for giving me such a very beautiful life and let me live surrounded with people who cares to me, also my future. I don't mind people ask me questions about my planning, i thanks people for their advise too. But sometimes, in life, we meet somebody who is keep asking and over-curious to our life-plan and gives as some unfair judgement. Unfair?Judgement? Yea.. some people judge us as they know everything about us without asking, understanding or knowing us more. Here are the example..

A : so, what do you want to be? a career-woman or a full-wife?
me : every woman wanna be a wife, of course.. and being a wife is a career too
A:  oh, come on. You are studying this hard only for being a house-keeper?
 it's a judgement :-p being mom, house keeper, wife, or whatever people named this profession is very precious things

B: hm, well.. after graduating from this campus, what will you do?
me: insha Allah, i think i will continue my study, if there's a chance :)
B: hey, don't be crazy in study and getting academic titles, get marry soon, or no man will have courage to propose you
what B said is judgement. Hehehe. i didn't say i won't marry soon, or i don;t have plan for marriage. I just think, marriage planning is not an answer for after campus life question, and that's why i'm not answering with this. Because, marriage do not requires the graduation, people may get marry even before graduate, hahaha. Every muslim (or may be everyone) wants get marry, but marriage is not a self-plan and not easy thing to do. Many factors affect someone decission to marry or not to marry in that/this age.

And for me, continuing study is not a barrier for woman in planning a marriage. Here i'm, i was permitted to get marry even before the graduation of undergrad program, as if i find the Mr. Right.. hehe. But for now, i haven't met the right time and right person, that's all. If it's true that many gentlemen out there are being afraid of the women academic title or career, so I pray to Allah for giving me the brave one ;-) got it? Because the main point that muslim women see to muslim men is their faith, not the title.

ok, then.. may be i'll continue this later.. i got my mood to continue the research-progress report. Haha..

Salam 'alaikom :)

Thursday, February 14, 2013

Photo-Message and English Post (Trial)

0


Hi everyone! It's been a while i do not post anything here, hehe. I'm at the 8th semester now, and i hope it's my last semester for completing my undergraduate study, Aamiin. Currently, i'm doing my undergraduate research, it's about the veneer (dental ceramic) from feldspathic mineral. Pray for me.. ^^ May Allah always blesses and guides us, also gives us easiness in everything we do :)

These two photos were old photo, the 1st one was taken at 2009 and the 2nd was at 2011. I made it as a photo-message taken from the hadith/as-sunnah and The Qur`an after inspired by many photo-quotes in tumblr, haha.

you may visit my tumblr at: blogiseng.tumblr.com

salam, Dinni Nurhayani
___

PS: i try to make some post in English now :D



Tuesday, January 29, 2013

untukmu, Mahasiswa Muslim ITB !

0



[OLIMPIADE AL-QUR'AN ITB 2013]
__Road To MTQ Nasional Mahasiswa__

Assalamu'alaikum temen-temen :D
Yuk ikutan Olimpiade Al-Qur'an ITB 2013 ini!

Kita niatin supaya lomba ini bisa jadi sarana kita untuk lebih deket dengan Al-Qur'an, bisa lebih belajar tentang Al-Qur'an dan mudah-mudahan bisa juga jadi orang yang mengajarkan Al-Qur'an untuk saudara-saudara dan temen-temen kita yang lain.. supaya kita termasuk salah-satu dari sebaik-baik manusia, insya Allah :D


Info lebih lengkap + pendaftaran bisa langsung klik disini (http://bit.ly/oaitb2013) atau pake format sms seperti di poster :)

========================

Info tambahan, untuk yang mau donasi (penggalangan dana) bisa langsung hubungi Taufiq di 085793103728.

Sangat diperbolehkan poster ini di share atau di upload ulang lalu tag temen" yg temen punya :D

Semoga jadi salah satu kebaikan yang mendatangkan cinta Allah untuk kita :) aamiin

Wednesday, January 23, 2013

Tetap Semangaaat!

0


Jika cobaan sepanjang sungai, maka seharusnya kesabaran seluas samudra
Jika harapan seluas hamparan, maka seharusnya ikhtiar itu seluas langit
Jika pengorbanan sebesar bumi, maka seharusnya keihklasan itu seluas jagat raya
Walau jasad merasakan lelah, penat dan sakit, jalan menuju syurga masihlah sangat panjang
Lalu, mengapa mesti berputus asa, jika kau masih memiliki Allah??
Jangan pernah lupa, bahwa Allah selalu ada untukmu..
Keep Hamasah..!!!

pesan ini dapat dari Sari, keluarga Des Ark Revolution dan satu konsulat ^^ dikirim sama Sari 6 Januari 2011, lebih dari dua tahun lalu ternyata..

Kuliah Lagi

2


Sungguh,
Saya bukan gak mau kuliah di luar negeri;
Saya bukan sudah tidak lagi haus ilmu,
Saya bukan sok menjaga pandangan dari poster dan pengumuman itu
Saya bukan sombong dan merasa diatas level dari tawaran yg datang ke saya itu,
Saya bukan takut dan gak PD untuk mendaftar atau mengnontak profesor disana-sini
Saya masih haus ilmu,
saya masih ingin merasakan nikmatnya belajar,
saya masih penasaran dengan rasanya mendapat kuliah langsung dari para penulis buku itu,
entah di madinah, makkah, jerman, australia, jepang, china, atau entah belahan dunia mana
Saya hanya punya satu persyaratan: bersama mahram
itu saja,
:)
saya tau, kesempatan seperti itu tidak datang setiap saat,
tidak semua orang dapat,
tapi kesempatan, buat saya itu dibuat dan diatur,
dan saya menitipkan itu pada Yang maha Mengatur, Allah
cukup Allah

Monday, January 21, 2013

Sunday, January 13, 2013

Tentang Saya dan Bahasa Arab

0

Kemarin pagi, sebuah page di facebook yang khusus memuat perkataan para ulama, membuat post berikut:

المؤمن دائماً مطمئن القلب ساكن النفس يرى بنور بصيرته أن الدنيا دار إمتحان و بلاء و أنها ممر لا مقر ، و أنها ضيافة مؤقتة شرها زائل و خيرها زائل ..
و أن الصابر فيها هو الكاسب و الشاكر هو الغالب ..

pengetahuan saya tentang bahasa arab yang minim dan terbatas menuntun saya pada pemahaman kalimat tersebut seperti ini:
"mukmin itu selalu menenangkan hati, menentramkan diri, melihat dengan wawasannya bahwa dunia merupakan ladang ujian dan cobaan yang tidak kekal,  ______ kebaikannya sementara dan keburukannya sementara. sesungguhnya orang yang bersabar dia(akan) berhasil (hasil) dan orang yang bersyukur dia (akan) menang."

bagian yang saya kosongkan dengan tanda garis bawah itu bagian yang saya gak tau artinya apa. Suka dengan arti (berdasarkan apa yg saya artikan diatas) dari kalimat tersebut, saya membagi (share) status Facebook Page tersebut di halaman profile facebook saya. Sambil share, saya tambahkan ini: "mukmin itu menenangkan hati, menentramkan diri, melihat segala sesuatu dengan wawasan.."

beberapa waktu berselang, kemudian datang komentar dari Abu Fatih (alias ka Ragil) yang -singkat cerita- memberi tahu saya bahwa ada yang salah dengan apa yang saya artikan. Disitu saya sadar, bahwa mengartikan sesuatu memang perlu i'rab, minimal kita memperhatikan posisi/fungsi kata tersebut dalam kalimat sebagai apa. dan saya menyadari.. kekeliruan arti versi saya yang paling jauh itu ada di bagian awal kalimat. Hahaha..

Sambil pergi sarapan, saya berfikir. Saya menertwai kebodohan saya sendiri, saat SMA dulu. Waktu SMA, saya berkesempatan belajar bahasa arab, belajar nahwu-shorof, tapi tanpa 'nyawa' yang penuh. Nyawa yg saya maksud adalah 'effort' dalam belajar. Usaha yang saya lakukan dalam belajar bahasa arab sewaktu SMA hanya sebatas lulus ujian, gak kena remedial, dan targetan lainnya tanpa mengarah pada peningkatan kemampuan. Selesai SMA, tiba-tiba tertohok oleh sebuah kesadaran bahwa Bahasa Arab adalah salah satu bahasa yang akan sangat saya butuhkan. Dan perasaan 'tertohok' itu semakin menjadi manakala orang-orang disekitar saya berpikir saya lulusan pesantren (padahal, SMA saya sungguh jauh dari ciri pesantren dan tidak pernah diakui DEPAG sebagai pesantren) yang pernah belajar dan hidup dengan bahasa arab, maka -mau tak mau- bisa berbahasa arab. Sayangnya, seperti kata pepatah.. "penyesalan itu datang belakangan". Begitu pula yang terjadi pada saya, menyesali kesempatan belajar yang pernah diberikan oleh Allah kepada saya tapi tak dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.

Setelah sarapan, saya pulang ke Tangerang (dari Bandung) dan mengurungkan niat membalas komentar di status tersebut, dengan tujuan hemat baterai HP selama di perjalanan. Sampai pagi ini, saya baru membuka kembali status tersebut dengan tujuan membalas komentar, dan ternyata ada komentar dari Dihya, yang menerjemahkan kalimat yang ada di status saya:
"mu'min itu senantiasa tenang hatinya, selalu melihat dengan cahaya ilmunya bahwasanya dunia adalah tempat ujian dan cobaan. Ia akan berlalu dan tidak kekal. Dunia meruyapakan persinggahan yg telah ditetapkan waktunya. Kebaikan maupun keburukan di dalamnya akan sirna. Orang yang sabar dalam kehidupan dunia adalah orang yang senantiasa berusaha dan orang yang senantiasa bersyukur lah yang mendapat kemenangan."
Tuh, kaan.. arti kalimat tersebut beda jauh dari versi saya. Cambuk nih, buat belajar bahasa arab lagi, kali ini dengan effort yang mumpuni: Belajar lah karena Allah, lillahi ta'ala.

Saya bersyukur, diberi teman-teman yang cerdas dan berpengetahuan, sekaligus saling mengingatkan dan menasehati dalam kebaikan. Alhamdulillah ^^

Friday, January 4, 2013

Tsabat dalam menghafal Al-Quran

0

Kamis, 27 Desember di waktu akhir dhuha,

Kegiatan hari itu telah dicukupkan, seorang ustadzah yang masih muda dan energik berpesan kepada para muridnya. Pesan itu disampaikan dengan singkat, namun tegas dan penuh makna, sesuai kepribadian beliau. Pesan itu tentang 'ats-tsabat', yaitu teguh hati, sabar, tabah, tidak mudah bosan dan tidak mudah marah. Satu kata tsabat itu saja sudah begitu banyak maknanya. Ats-tsabat yang disampaikan ustadzah kali ini adalah ats-tsabat dalam menghafal Al-Quran. Yang saya tulis berikut ini merupakan petikan dari yang disampaikan beliau,
_______
Ahlan wa sahlan. sahlan dalam bahasa arab jika dengan tulisan yang benar, bermakna mudah. Semoga Allah memudahkan semua urusan kita, termasuk dalam menghafal Al-Quran.

Ats-tsabat dalam menghafal Al-Quran sangat diperlukan. Ada beberapa poin penting yang harus kita perhatikan mengenai ats-tsabat ini.

Yang pertama, teruslah memohon kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Memohonlah agar Allah meridhoi kita dalam menghafal kalamullah yang ada di Al-Quran. Al-Quran adalah fondasi ilmu, ilmu itu milik Allah, maka mintalah kepada Allah, hanya Allah saja. Memohonlah tanpa meminimalisasi keinginan, karena sesungguhnya tak ada yang tak mungkin bagi Allah, dan keinginan manusia itu, apalagi dalam kebaikan, sesungguhnya mudah bagi Allah.

Kedua, beribadahlah dengan tidak berorientasi pada hasil. Saat bibit disemai kemudian tumbuh dan siap dipanen, janganlah melihat apa yang dipanen, tapi perhatikan bibit yang ditanam, proses yang dilakukan, baru kemudian berharap hasil panen menjadi sangat baik. Begitupula ibadah, tetapkan niat lalu teguhkan, perhatikan syarat sah dan rukun dari ibadah tersebut, perhatikan detail keberterimaan amal, lalu lakukan dengan sungguh-sungguh, ikhlas-murnikan keesaan Allah.

Ketiga, menyebarkanhidayah Al-Quran. Hidayah itu datangnya dari Allah, dan diberikan oleh Allah kepada hamba yang dikehendaki-Nya. Tapi, melalui Al-Quran beserta ilmu di dalamnya, dan pengamalan yang mengikuti tuntunan agama yang lurus, raihlah kesempatan untuk menjadi perantara orang-orang menerima panggilan ke jalan Allah.

yang keempat, jelaskan tujuan. Kejelasan tujuan merupakan hal yang penting, karena hidup ini adalah perjalanan dan kita adalah musafir yang menuju akhirat. Musafir tanpa tujuan perjalanan yang jelas tidak mencapai apa-apa, karena musafir tersebut tidak tahu apa yang ia tuju. Maka, untuk apakah Anda berada disini sekarang?

kelima, sekaligus penutup, bermajlislah dengan orang-orang yang sholih. Berada bersama orang yang berilmu  lebih baik dari kita menginspirasi kita untuk meningkatkan kemampuan diri, berada bersama orang yang berilmu kurang dari kita menyemangati kita untuk menyebar kebaikan, sekaligus menjadi sarana tulusnya niat untuk tidak takabur.
______
Semoga Allah merahmati pertemuan kita, dan semoga Allah menjaga kita dalam iman dan islam, aamiin.
^^