Saturday, April 28, 2012

Iri

0

beberapa kilo byte dari hati saya hari ini sesungguhnya diisi dengan rasa iri. Dan entah berapa mega byte telinga saya yang ikut merasa iri lalu menyampaikannya ke hati. Saya iri mendengar cerita teman-teman yang bersua dalam kajian di masjid ipb hari ini. Saya iri mendengar cerita teman-teman yang bertemu dalam sebuah pelatihan di ui hari ini. Dua kegiatan yang sedianya saya hadiri salah satunya hari ini, sebelum menerima kabar beberapa hari lalu bahwa saya ada kuliah dan praktikum.

Dengan sadar dan jujur, saya mengaku bahwa saya iri. Hingga zhuhur tadi, rasa iri itu makin menjadi-jadi. Iri yang bertemu dengan penat dan tekanan tumpukan kewajiban yang mendadak datang di akhir semester, membuahkan perasaan jenuh dan sangat ingin berganti suasana. Rasa jenuh itu kemudian bertindak pongah, mengetuk pintu hati dan seolah berkata "hilangkan aku!"

Sampai akhirnya, Allah menyadarkan saya betapa iri itu tak sepatutnya begitu mendera, dan kejenuhan tak layak menjadi teman saya hari ini. Saya memang berkali-kali gagal mengisi akhir pekan dengan kegiatan yang telah saya rencanakan, tapi bukan berarti saya harus merasa jenuh dengan apa yang saya jalani. Bukankah yang saya datangi hari ini (praktikum dan kuliah) juga bagian dari mencari ilmu? Saat saya merasa ada waktu penyegaran yang tersita, bukankah dosen saya juga mengorbankan waktu bersama keluarganya untuk kami para mahasiswa? Atau mungkin, bisa saja waktu untuk kuliah hari ini beliau gunakan untuk mengerjakan proyek yang bernilai buat beliau, tapi lihatlah.. beliau memilih mengisi waktu ini bersama kami, mahasiswa. Saat saya datang ke kelas dengan perasaan jenuh, saya membandingkan dengan apa yang dosen saya lakukan; beliau datang membawa makanan untuk dinikmati bersama kami di kelas. Beliau paham, ini adalah akhir pekan, jadi beliau tau bahwa kebahagiaan itu bisa dibagi dan ditularkan. Maka senyum satu-satu terlihat di wajah orang-orang sekitar saya, lalu menyudut di wajah saya, menggurat lengkungan senyum. Saya paham, rasa yang menyelusup lalu membuat senyuman itu bernama kebahagiaan. Bahagia ini bukan ditumbuhkan sepotong kue, tapi karena sebuah makan kebersamaan.

Kau tau, kawan? Saat beban yang kau emban ini terasa begitu berat sendirian, kadang memang tak dapat kau bagi. Tapi ibarat nyeri otot akibat konstraksi berkepanjangan tanpa relaksasi, ada balsam, minyak gosok, atau bahkan terapi air panas yang dapat merelaksasi otot kita agar beban yang dipikul ini terasa nyaman untuk diemban. Jadi, saat merasa kau tak tahan, jenuh, jengah, muak, atau apapun kau menyebutnya.. buat kebahagiaan di wajah orang sekitarmu, lalu jenuh yang tadi menyeruak itu perlahan atau sekaligus akan sirna.

Makin banyak detik yang Allah pinjamkan pada saya, dan semakin banyak juga pelajaran yang saya dapatkan kenapa agama Allah ini mengajarkan begitu banyak cara berbagi, melalui seorang uswah hasanah - Rasulullah Muhammad Shollallahu 'alaihi wa salam.

0 komentar:

Post a Comment