Friday, January 20, 2012

Cerita Silong, Si Kalong

0

Kelelawar, hewan yang satu ini.. pasti banyak yang tau! Iya, kan?! Kayaknya, banyak orang yang belum pernah melihat kelelawar secara langsung. Tapi kalau liat di tivi atau di bioskop, kebanyakan orang pasti pernah liat hewan yang suka keluyuran malam-malam ini. Soalnya, kelelawar ini termasuk salah satu hewan yang eksis jadi artis, karena main film Batman dan Ace Ventura. Selain itu, bentuk hewan mamalia bersayap yang bisa terbang ini juga jadi panutan mode vampire. Hehehehe..

Saya sendiri, sejak kecil pernah beberapa kali melihat langsung kelelawar. Kalau waktu kecil, saya bisa menemukan kelelawar di pohon-pohon berukuran besar yang ada di kebun belakang rumah saya, atau di hutan perbukitan rumah Kakek ketika mudik. Sekarang, saya justru bisa melihat kelelawar terbang setiap malam dan pagi di rumah saya. Saya ulangi, di rumah saya! Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk nampaknya menggusur pohon-pohon besar tempat kelelawar tinggal menjadi permukiman, sehingga kelelawar kehabisan tempat tinggal. Maka, jadilah seekor kelelawar yang tergusur ini bertengger di langit-langit teras rumah saya setiap malam untuk makan. Kasihan…

Baiklah, ayo kita mulai cerita tentang kelelawar yang bertamu ke rumah saya tiap malam ini. Supaya ceritanya lebih enak, saya menamai kelelawar ini dengan nama Silong, singkatan dari ‘si kalong’ (kalong adalah kelelawar dalam bahasa sunda .pen). Kalau dilihat-lihat, Silong tergolong jenis kelelawar pemakan buah, jadi… dia bukan vampire. Hahaha…

Silong datang ke rumah sambil membawa makanan dengan menu buah yang berbeda-beda. Kadang Silong datang bawa jambu air cincalo, pernah bawa jambu bol, kadang dia bawa jambu biji/kelutuk, di hari lain Silong bawa mangga kecil, di lain waktu Silong bawa buah sawo. Pokoknya, Silong ini sepertinya tipe kelelawar yang bergaya hidup sehat dengan makan buah setiap hari (yaiyalah..). Silong juga kelelawar yang berselera tinggi karena menu makanannya ganti-ganti terus. Mungkin Silong adalah instruktur senam atau model dikalangan kelelawar kalau siang-siang, sehingga dia perlu menjaga bentuk tubuh dan stamina, agar bisa selalu berjalan di catwalk untuk fashion show *halah, mulai ngaco*

Jam ‘bezuk’ Silong ke rumah saya biasanya setelah waktu Sholat Isya, skitar jam 8 malam keatas. Kadang, ketika datang Silong belum bawa buah-buahan untuk dimakan, dia hanya bertengger sebentar, lalu pergi lagi dan akan datang dengan membawa makanannya. Jam makan malam Silong ini pas larut malam, jadi saya belum pernah ‘menonton’  Silong makan. Hehehe.. Jadi, gimana caranya tau menu makan Silong tiap malam, kalau saya gak pernah liat Silong makan? Gampang… lanjutin baca nya yaa..

Masa-masa awal Silong mampir ke rumah, keluarga saya jengkel karena Silong makannya gak bersih, disisain dan berantakan ke lantai rumah. Tapi, seperti kata pepatah: “First you make habit, later habit makes you”, orang-orang di rumah kayanya sekarang santai aja membersihkan sisa makan Silong setiap pagi. Orang-orang di rumah ini sadar, percuma bĂȘte sama Silong, karena Silong belum tentu mengerti kalau kita-kita ini bĂȘte sama ulahnya, hahaha. Setiap pagi di lantai teras, kadang ada kotorannya, ada sisa buah yang jatuh ke lantai, dan kadang ada biji sisa makanan Silong. Nah, dari sisa-sisa yang bisa dilihat di lantai teras inilah saya bisa tau menu makan malam Silong.

Meski Silong makannya gak rapih, tapi dia tetep keren! Kenapa? Karena Silong terkadang datang membawa buah-buah nostalgia: buah yang biasa dimakan oleh orangtua saya semasa kecil tapi saat ini sudah sulit ditemukan (rukem, lobi-lobi, permot/berarungan). Kadang-kadang juga, Silong menjadi guru dunia perbuah-buahan bagi saya dengan menyisakan biji atau buah yang belum pernah saya lihat. Dan kadang-kadang (lagi), Silong membuat saya manyun karena yang dia makan adalah buah dari kebun belakang rumah.

Saya gak tau, kelelawar yang mendatangi rumah saya setiap malam untuk numpang makan ini adalah
kelelawar yang sama atau bukan. Tapi yang jelas, karena ada kelelawar di sekitar rumah saya, saya jadi bisa tau beberapa buah-buahan yang dulu saya cuma bisa dengar dari cerita orangtua. Kelelawar juga menjadi perantara bagi saya untuk mengenal buah ciptaan Allah lainnya yang gak bisa dibeli di toko buah: Buah Jambu Mawar (Jambu Keraton), meski sekarang sudah ditebang. Kelelawar juga yang menjadi perantara Allah sehingga tante saya punya pohon jambu bol saat ini. Dan mungkin juga, kelelawar lah yang atas izin Allah membawa biji nangkadak (nangka cempedak) ke halaman belakang rumah.

Ya, Silong dan kawan-kawannya menjadi pak pos pengantar biji-biji tumbuhan, memberi ‘clue’ kepada manusia mengenai buah-buah yang bisa dimakan dan tidak bisa dimakan. Dan yang terpenting, Silong dan makanannya setiap malam membuat saya yakin, bahwa Allah Subhanahu Wa Ta’ala yang Maha Pemberi Rizki memang tidak pernah tertidur, tidak pernah lalai, dan tidak pernah lupa untuk memperhatikan hamba-Nya. Allah membuktikan kekuasaan-Nya melalui jatah makan seekor kelelawar. Seekor kelelawar dengan ikhtiarnya mencari makanan, kelelawar itu mendapatkan rizki Allah berupa makanan dan dapat bertahan hidup hingga saat ini.

Jadi, sebagai manusia yang berakal dan diberi kesempatan berfikir, kenapa kita letih, mengeluh dan berputus asa mencari rahmat, ridho dan rizki Allah? Setiap orang ada rizkinya, tapi sudah cukupkah ikhtiar kita untuk mendapatkannya?
“Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap,dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu; karena itu janganlah kamu mengadakansekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui” (Qur’an, Surat Al-Baqarah: 22)
“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rizki.” (Qur’an, Surat An Nahl: 71)

0 komentar:

Post a Comment