Betapa manusia tak pandai bersyukur. Betapa kita sebagai hamba sangat lemah dan lalai dalam berhitung, menghitung bahkan hanya mengira seberapa besar nikmat yang Allah beri ke kita pun kita tak mampu. Kita, mungkin hari ini berfikir atau merasa kita sudah mengucap syukur, tapi kita lupa bahwa ada keluhan atas letih dan masalah yang kita miliki hari ini. Kita, mungkin bisa mengingat jumlah kata "Alhamdulillah" yang kita ucap dengan suara, dalam kalimat jelas ataupun lirih, dan bahkan yang hanya dalam hati hari ini. Tapi kita lalai dalam mengingat berapa jumlah gigitan di bibir karena patah harapan, tundukan kepala karena rasa minder, belum lagi rasa iri, dengki, takabbur, riya, sum'ah yang semuanya tak terasa, mengalir begitu saja seperti sifat bawaan yang wajar.
Sampai saat ini, kita berfikir kenapa kita masih di titik ini. Padahal banyak orang yang merangkak menuju titik yang kita capai. Sampai detik ini, kita bersikeras menyatakan kita telah gagal. Padahal, Sang Pemilik Waktu telah menganugerahi kita hal paling berharga: Waktu dan Kesempatan untuk berproses, berusaha, yang tak semua orang miliki meski ditutup dengan "pikiran" atau "pendapat" manusia sebagai kegagalan.
Astagfirullah.. duhai Allah sang Khalik, bahkan sebagai manusia yang diberi kemampuan ingatan luar biasa dan volume otak yang besar, kami tak mampu mengingat utuh apa saja yang kami sebut dan terbersit dalam pikiran, menjadi keinginan dalam angan, atau yang jelas-jelas kami pinta kepada-Mu lalu Engkau berikan. Bahkan, kami lemah untuk menyadari bahwa apa-apa yang kami dapati setelah usaha kami, adalah hal-hal yang terbaik dari-Mu. Dan parahnya, banyak sekali dari kami, merasa tak dicintai, atau mencitai suatu hal, dan lupa mengingat, bahwa Engkau mencintai kami, lebih dari apapun yang menicntai dan dicintai kami.
_dipindahkan dari "draft message" handphone dalam perjalanan menuju Lembang, Bandung 18 Februari 2011_
0 komentar:
Post a Comment