31
desember 2013, hari itu saya sedang di bandara bersama keluarga dan rombongan
untuk pergi ke suatu tempat yang saya impikan sejak lama :)
Kami
sekeluarga sampai di bandara sebelum zhuhur. Waktu check in masih lama karena
penerbangan kami dijadwalkan setelah maghrib, tapi pihak travel menjadwalkan
rombongan sudah berkumpul sejak zhuhur karena ramainya keberangkatan hari itu. Akhirnya kami sekeluarga memutuskan untuk ke mushalla menungu tiba waktu zhuhur.
Di
samping jalan menuju mushalla, seorang wanita WNA terlihat sedang kebingungan
di depan Coffee and Tea vending machine (atau apa sih istilahnya? Mesin kopi
dan teh otomatis yang tinggal masukin uang trus keluar minumannya itu looh..).
Wanita tersebut dikelilingi beberapa orang laki-laki Indonesia yang ia tanyai
sesuatu namun mereka terlihat tak tahu bagaimana harus menyampaikan maksud
mereka kepada wanita ini. Yang terdengar dari beberapa laki-laki itu adalah
kata no, no, dan no.
Saya
akhirnya mendekati WNA tersebut dan bertanya mengenai apa yang sedang terjadi.
Agak grogi sih sebetulnya karena saya udah lama gak ngomong bahasa inggris,
hehe. Tapi, bismillah.. dan percakapan itu terjadi.
Ternyata
madam ini mau beli minum di mesin minuman, di mesin ga ada keterangan apa-apa
cuma ada tulisan Rp 15.000, tapi pecahan uang yang dia punya adanya Rp 20.000.
Daritadi dia nanya ke orang-orang untuk menukarkan uang dan cara menjalankan
mesin, tapi orang-orang di sekitarnya yang dia tanya nampak bingung dan cuma
bilang no no no.
Berhubung saya ga bawa dompet -saya baru sadar bahwa saya gak bawa uang sama
sekali- jadi saya menukarkan uang madam ini ke ibu saya dengan pecahan yang
bisa digunakan olehnya. Hahaha, parah emang mau bepergian jauh malah gabawa
uang tunai, mentang-mentang jalan sama keluarga. Kami akhirnya mencoba
mesin tersebut. Saya tertawa dan membuat madam bertanya "what are
you laughing at, miss?" Saya kemudian menjawab alasan saya tertawa
"honestly, madam, i've been passing this machine several time and have no
interest in buying coffee from this machine. I've never tried this kind of
machine before, it's really my first trial and i'm guiding you right now".
Mendengar itu, madam tertawa senang "it's ok, what you've done is really a
help".
Madam
tersebut sebetulnya menginginkan minuman kopi dingin, tapi yang sedang tersedia
di mesin (dan baru diketahui ketika uang telah dimasukkan) adalah kopi hngat
dan teh dingin. Akhirnya dia mengganti pilihannya menajdi kopi hangat dengan
alasan “well, that’s better than losing fifteen
thousand”. Kirain duit 15ribu yg saat itu cuma satu koma sekian dolar kaga
bakal disayang-sayang sama orang luar negeri, haha.
Kopi
panas telah didapatkan. Dia mengucap terimakasih berkali-kali, lalu menunjuk
suatu sudut di gedung ini. Terlihat seorang lelaki WNA eropa seumur madam ini
berdiri di sudut yang ditunjuk madam tersebut lalu melambaikan tangan ke arah
kami. "He's my hubby and he'll really appreciate if he know what you've
done for me”. Sampai disini, saya bingung karena kalimatnya terdengar lebay,
saya mengatakan “nothing special with changing money and pressing this machine
button, ma’am”. Dia tertawa, menyeruput kopi hangatnya, dan bercerita.
“We
came visiting Indonesia with a big goal. Guess what?” Dia bertanya.
Pertanyaan
ini terlalu mudah dijawab bagi saya, mayoritas WNA datang ke Indonesia tentu
ingin berwisata menikmati alam Indonesia “Traveling and enjoying the beautiful
scenery of Indonesia?”, tebak saya.
Dia
tertawa, lalu berkata “don’t you realize? The life of muslim is wonderful,
peaceful. And islam is a great religion".
Kalimatnya
jelas bukan jawaban langsung untuk tebakan saya, sepertinya dia ingin saya menyimpulkan.
Ya, saya pernah mendapati beberapa orang datang ke Indonesia untuk mengetahui
islam lebih dekat, dan seperti apa kehidupan muslim sebetulnya, benarkah islam
mendoktrin umatnya untuk memusuhi umat agama lainnya, dan alasan-alasan lainnya
yang tak bisa mereka temui dalam kehidupan keragaman umat beragama di negara
mereka.
Di
kejauhan, ibu saya terlihat melambaikan tangan memanggil saya untuk bergabung
bersama rombongan, saya meminta diri pada WNA ini sambil dalam hati
mendoakannya mendapat hidayah islam. Dia mengucapkan pesan perpisahan
“be a proud muslim, and be a good representative for islam, many people will judge how islam is by seeing the muslim. Yea I know it’s unfair, but somehow that’s their easiest access to get to know how your religion is”
Pesan
yang makjleb dan beraaat buat seorang saya, tapi membuat saya sadar bahwa kita sebagai
muslim adalah agen-agen islam yang harus berusaha sebaik mungkin
merepresentasikan islam. J
Saya
berjalan menuju tempat keluarga saya menunggu bersama rombongan, lalu kemudian
memilih duduk diatas trolley bersama koper-koper. Di dekat saya ada dua orang
bapak berseragam rombongan kami sedang bercakap seru dan disampingnya ada seseorang
yang mengantar rombongan dan saat itu saya belum tahu namanya. Dari percakapan dua bapak tersebut, tanpa
berniat menguping, terdengarlah sebuah kalimat,
“tugas kita adalah berbuat baik, menaati agama, urusan balasan dan menilai itu hak Allah, kita hanya perlu menjadi muslim yang baik dan mengharap ridho Allah”.
Ah,
sebuah perjalanan impian, ke negeri tempat asal manusia dengan akhlak terindah,
dan diawali dengan kejadian yang meberikan pesan-pesan indah.
Aku
menatap langit-langit bandara dan mengucap dengan haru di dalam hati, “labbaik
Allahumma labbaik”
Bagus bgt ka, ceritanya :D
ReplyDelete