Kemarin, saya mengirimkan sebuah pesan elektronik kepada pembimbing akademik di kampus. Surat yang berisi konsultasi bimbingan akademik itu, ditulis ba’da shubuh dengan perasaan yang campur-aduk, antara: berharap, sedikit ragu, yakin, dan sedikit tidak percaya diri. Surat elektronik yang panjangnya kira-kira hampir satu halaman a4 dengan margin normal di Ms. Word itu akhirnya bisa saya tulis setelah memohon kemantapan hati beberapa hari kepada Yang Terkasih dan Maha Pengasih - Allah Subhanahu wa ta’ala-.
Surat itu.. berisi sedikit mengenai cita-cita saya, mengapa berada di Teknik Metalurgi, keinginan studi kedepannya, harapan orangtua, dan… sedikit perubahan rencana yang berdampak besar terhadap cita-cita awal.
Ketika seseorang memiliki cita-cita, tapi kemudian bijaksananya kehidupan mengajarkannya untuk menempuh jalan lain yang masih bernilai kebenaran, gak apa-apa, kan? Selama ini saya -atas izin Allah- merencanakan hidup saya, bersekolah di tempat yang saya inginkan, dan melakukan hal-hal yang menurut saya bermanfaat dan menuju pada apa yang saya cita-citakan (cita-cita selain menjadi hamba Allah, anak, istri, dan ibu rumah tangga yang shalihah). Maka, saya rasa, untuk kali ini, merubah sedikit rencana awal berdasarkan harapan orangtua, adalah salah satu cara saya mencintai kedua orangtua saya. (kecup ibu bapak satu-satu)
dengan asma Allah dan tarikan nafas panjang, saya hilangkan keraguan dan rasa todak percaya diri, Surat elektronik itu pun akhirnya saya kirim…
Pagi tadi, saya membuka buku pemberian saudari saya (yg shalihah) Rahma, berjudul “Hafal Al-Quran Tanpa Nyantri” karya Abdud Daim Al-Kahil. Saya membuka halaman buku itu secara acak, dan langsung menemukan halaman dengan kalimat dan hadits indah ini:
Tinggalkanlah musik dan nyanyian, dan mulailah menghafal Al-Quran dengan niat mencari ridha Allah subhanahu wa ta’ala, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:” Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, maka Allah akan menggantinya dengan sesuatu yang lebih baik darinya” (HR. Ahmad dengan sanad shahih)
Janji yang indah dari Allah, bukan?
Sore ini, Dosen Pembimbing Akademik saya memberikan balasan surat elektronik saya tersebut. Dan… jawaban beliau sungguh membuat saya merasa betapa begitu banyak nikmat Allah yang sangat sayang jika saya lupa mensyukurinya: punya orangtua yang cerdas sholih dan penyayang, punya adik-kaka yang cerdas-sholih/ah-pengertian, punya guru-guru yang ikhlas-perhatian-berdedikasi, punya teman-teman yang begitu dicinta dan mencinta, diberi kesempatan, diberi pinjaman waktu… dan banyak hal lain yang.. ah, tidak ada kalimat lain yg cukup untuk menggambarkannya selain Maasya- Allah dan Alhamdulillah ^^
Duhai Allah, yang memiliki waktu dan memberikan kesempatan kepada hamba-Nya, mudahkanlah kami dalam menuntut ilmu, tuntutnlah kami agar senantiasa berada pada jalan-Mu yang lurus, yang Engkau ridhai… Dan karena waktu ini ibarat pedang, maka jadikanlah waktu ini sebagai alat yang bermanfaat bagiku, bukan yang akan membinasakanku karena lalai dalam memanfaatkannya
—- Bismillahirrohmaanirrohiim… Tingkat 4, menuju wisuda sarjana, menuju awal magister, menuju penggenapan agama dengan orang yang masih gak tau siapa hehe—-
Mari meninggalkan hal yang kurang atau bahkan tidak bermanfaat, dan percayalah, Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik :-)
aamiin sista...wish you all the best,,barakallah fii kulli umuurik...eh tapi beneran niat maung ngegenepin diin di tingkat 4...prokprokprok....masha Allah.....wish this became true (walpoun gak rela di duluin...apa coba...ahahhaa;P)
ReplyDelete