Kelelawar, hewan yang satu ini.. pasti banyak yang tau! Iya, kan?!
Kayaknya, banyak orang yang belum pernah melihat kelelawar secara
langsung. Tapi kalau liat di tivi atau di bioskop, kebanyakan orang
pasti pernah liat hewan yang suka keluyuran malam-malam ini. Soalnya,
kelelawar ini termasuk salah satu hewan yang eksis jadi artis, karena
main film Batman dan Ace Ventura. Selain itu, bentuk hewan mamalia
bersayap yang bisa terbang ini juga jadi panutan mode vampire.
Hehehehe..
Saya sendiri, sejak kecil pernah beberapa kali melihat langsung
kelelawar. Kalau waktu kecil, saya bisa menemukan kelelawar di
pohon-pohon berukuran besar yang ada di kebun belakang rumah saya, atau
di hutan perbukitan rumah Kakek ketika mudik. Sekarang, saya justru
bisa melihat kelelawar terbang setiap malam dan pagi di rumah saya.
Saya ulangi, di rumah saya! Tingginya tingkat pertumbuhan penduduk
nampaknya menggusur pohon-pohon besar tempat kelelawar tinggal menjadi
permukiman, sehingga kelelawar kehabisan tempat tinggal. Maka, jadilah
seekor kelelawar yang tergusur ini
bertengger di langit-langit teras rumah saya setiap malam untuk makan. Kasihan…
Baiklah, ayo kita mulai cerita tentang kelelawar yang bertamu ke
rumah saya tiap malam ini. Supaya ceritanya lebih enak, saya menamai
kelelawar ini dengan nama
Silong, singkatan dari ‘si
kalong’ (kalong adalah kelelawar dalam bahasa sunda .pen). Kalau
dilihat-lihat, Silong tergolong jenis kelelawar pemakan buah, jadi… dia
bukan vampire. Hahaha…
Silong datang ke rumah sambil membawa makanan dengan menu buah yang
berbeda-beda. Kadang Silong datang bawa jambu air cincalo, pernah bawa
jambu bol, kadang dia bawa jambu biji/kelutuk, di hari lain Silong bawa
mangga kecil, di lain waktu Silong bawa buah sawo. Pokoknya, Silong
ini sepertinya tipe kelelawar yang bergaya hidup sehat dengan makan
buah setiap hari (yaiyalah..). Silong juga kelelawar yang berselera
tinggi karena menu makanannya ganti-ganti terus. Mungkin Silong adalah
instruktur senam atau model dikalangan kelelawar kalau siang-siang,
sehingga dia perlu menjaga bentuk tubuh dan stamina, agar bisa selalu
berjalan di catwalk untuk fashion show *halah, mulai ngaco*
Jam ‘bezuk’ Silong ke rumah saya biasanya setelah waktu Sholat Isya,
skitar jam 8 malam keatas. Kadang, ketika datang Silong belum bawa
buah-buahan untuk dimakan, dia hanya bertengger sebentar, lalu pergi
lagi dan akan datang dengan membawa makanannya. Jam makan malam Silong
ini pas larut malam, jadi saya belum pernah ‘menonton’ Silong makan.
Hehehe.. Jadi, gimana caranya tau menu makan Silong tiap malam, kalau
saya gak pernah liat Silong makan? Gampang… lanjutin baca nya yaa..
Masa-masa awal Silong mampir ke rumah, keluarga saya jengkel karena
Silong makannya gak bersih, disisain dan berantakan ke lantai rumah.
Tapi, seperti kata pepatah:
“First you make habit, later habit makes you”,
orang-orang di rumah kayanya sekarang santai aja membersihkan sisa
makan Silong setiap pagi. Orang-orang di rumah ini sadar, percuma bĂȘte
sama Silong, karena Silong belum tentu mengerti kalau kita-kita ini bĂȘte
sama ulahnya, hahaha. Setiap pagi di lantai teras, kadang ada
kotorannya, ada sisa buah yang jatuh ke lantai, dan kadang ada biji sisa
makanan Silong. Nah,
dari sisa-sisa yang bisa dilihat di lantai teras inilah saya bisa tau menu makan malam Silong.
Meski Silong makannya gak rapih, tapi dia tetep keren! Kenapa? Karena Silong terkadang datang membawa
buah-buah nostalgia:
buah yang biasa dimakan oleh orangtua saya semasa kecil tapi saat ini
sudah sulit ditemukan (rukem, lobi-lobi, permot/berarungan).
Kadang-kadang juga, Silong menjadi guru dunia perbuah-buahan bagi saya
dengan menyisakan biji atau buah yang belum pernah saya lihat. Dan
kadang-kadang (lagi), Silong membuat saya manyun karena yang dia makan
adalah buah dari kebun belakang rumah.
Saya gak tau, kelelawar yang mendatangi rumah saya setiap malam
untuk numpang makan ini adalah
kelelawar yang sama atau bukan. Tapi
yang jelas, karena ada kelelawar di sekitar rumah saya, saya jadi bisa
tau beberapa buah-buahan yang dulu saya cuma bisa dengar dari cerita
orangtua.
Kelelawar juga menjadi perantara bagi saya untuk
mengenal buah ciptaan Allah lainnya yang gak bisa dibeli di toko buah:
Buah Jambu Mawar (Jambu Keraton), meski sekarang sudah
ditebang. Kelelawar juga yang menjadi perantara Allah sehingga tante
saya punya pohon jambu bol saat ini. Dan mungkin juga, kelelawar lah
yang atas izin Allah membawa biji nangkadak (nangka cempedak) ke
halaman belakang rumah.
Ya, Silong dan kawan-kawannya menjadi pak pos pengantar biji-biji
tumbuhan, memberi ‘clue’ kepada manusia mengenai buah-buah yang bisa
dimakan dan tidak bisa dimakan. Dan yang terpenting,
Silong dan
makanannya setiap malam membuat saya yakin, bahwa Allah Subhanahu Wa
Ta’ala yang Maha Pemberi Rizki memang tidak pernah tertidur, tidak
pernah lalai, dan tidak pernah lupa untuk memperhatikan hamba-Nya.
Allah membuktikan kekuasaan-Nya melalui jatah makan seekor kelelawar.
Seekor kelelawar dengan ikhtiarnya mencari makanan, kelelawar itu
mendapatkan rizki Allah berupa makanan dan dapat bertahan hidup hingga
saat ini.
Jadi, sebagai manusia yang berakal dan diberi kesempatan berfikir,
kenapa kita letih, mengeluh dan berputus asa mencari rahmat, ridho dan
rizki Allah? Setiap orang ada rizkinya, tapi sudah cukupkah ikhtiar
kita untuk mendapatkannya?
“Dialah Yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit
sebagai atap,dan Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu;
karena itu janganlah kamu mengadakansekutu-sekutu bagi Allah, padahal
kamu mengetahui” (Qur’an, Surat Al-Baqarah: 22)
“Dan Allah melebihkan sebahagian kamu dari sebagian yang lain dalam hal rizki.” (Qur’an, Surat An Nahl: 71)