kali ini saya mau cerita pengalaman pribadi yang terulang berkali-kali. Penting untuk dibagi dan diketahui orang-orang? Saya gak yakin sih, Tapi, yaa.. mudah-mudahan bisa menjawab pertanyaan teman-teman dunia maya yang suka nanya "kamu itu yang mana?" atau pertanyaan lain yang intinya kepingin tau, rupa saya seperti apa. Dan inilah dia... eng ing eng...
Teman-teman yang sudah berteman di facebook dengan saya sebelum juli 2010 sepertinya tahu bahwa saya dulu pernah menggunakan foto profil yang memang benar foto saya - ada wajah saya. Tapi kemudian perlahan foto saya menghilang dari pandangan teman-teman.. baik di proteksi ataupun saya delete.
Bermula di tahun 2010 (sejatinya saya lupa mulai kapan, tapi kayanya sih bener tahun 2010), saat itu masih hangat-hangatnya tren tontonan film bioskop, novel, atau sinetron yang menamplkan tokoh atau cerita dengan label islami. Waktu saya lagi log in FB, tetiba di bagian ad atau promoted page muncul fan-page seorang aktris yang mengenakan hijab/khimar. Iseng, saya buka link fan-page tersebut dan melihat ada banyak (puluhan) foto aktris tersebut (yaiyalah, fan page aktris itu penuhnya ya sama fotonya, masa sama foto saya, hahaha). Foto-foto disitu ada yang dipost oleh pembuat page, ada juga yang diupload oleh para likers atau jempolers (maksudnya yang nge-like, gituh).
Bukan, bukan jumlah foto, performance, pose, apalagi fashion aktris tersebut yang menjadi perhatian saya. Saya saat itu hanya sekedar ingin tahu seperti apa fan-page seorang aktris karena saya hanya menjempoli fan-page penulis atau page dari beberapa buku, belum tau page selebriti. Maka saya buka beberapa foto di page itu, dan terdiam memandang foto-foto tersebut.
Saya tidak bisa berbohong bahwa sebagai wanita pun saya terpana dengan kecantikan mbak aktris berhijab ini. Tapi sungguh, diamnya saya saat itu karena terhenyak, dan menyadari ada perasaan dari lubuk hati saya yang mengatakan bahwa ada yang gak oke, pada page tersebut, juga pada saya.
Ucapan saya saat melihat foto itu yang dijempoli dan dikomentari puluhan hingga ratusan penggemarnya (saya gak ingat, mungkin ada yang dijempoli ribuan orang juga?) adalah kalimat istighfar, "astagfirullah". Bukan, bukan karena saya lebih suci, bukan pula karena foto tersebut menurut saya jelek. Bukan karena fisik, karena pun pakaian, akhlak, dan amal saya mungkin tak sebaik mbak aktris ini. Tapi karena ketika melihat komentar di foto itu, melihat jempolers di foto itu... membuat saya sadar bahwa ada yang belum benar pada fesbuk saya. Kalimat komentar pada foto-foto itu adalah kalimat thayyibah, kalimat yang baik, bahkan banyak yang isinya pujian kepada Allah seperti "subhanallah", "masya Allah", "alhamdulillah".
Tapi..
Tapi banyak dari jempolers dan komentator dari foto-foto itu adalah kaum pria, ya: LELAKI. Entah lelaki tipe yang senang datang ke pengajian atau lelaki yang mana saya gak tau. Bahkan ada di dalam salah satu komentar yang tertulis mengerikan: mimpi bertemu sang aktris, terus kepikiran sang aktris, berharap pasangannya bisa dipoles seperti sang aktris. Saya gak nemu kata lain selain kata ini: NGERI. Saya merasa ngeri mengetahui ada laki-laki yang memandang foto sang aktris sambil berangan-angan entah apapun angan-angannya. Saya ngeri mengetahui ada laki-laki diantara komentator itu yang tidak khusyu sholatnya karena pikirannya teralihkan dengan mbak aktris ini. Saya ngeri mendapati ada orang yang memajang foto mbak aktris ini di wallpaper desktopnya, di hape nya, bahkan mengoleksi foto-fotonya. Aaaaa.. pokoknya saya ngeri menyadari bahwa ada sholat-sholat yang tak khusyu karena foto itu, ada doa-doa yang akhirnya terpanjat dengan hati yang lalai karena foto itu, ada laki-laki yang berandai-andai padahal andai-andai nya itu tak dibenarkan agama karena foto itu.
Sedari dulu saya berfikir bahwa foto saya itu "aman" untuk dilihat karena saya mengenakan khimar (kerudung) sehingga aurat sudah tertutup. Tapi melihat ini, mbak aktris dengan aurat tertutup dan pose foto gak macem-macem pun menggemparkan laki-laki, maka foto saya tak aman. Saya juga pernah berfikir, karena saya bukan tokoh terkenal, saya juga bukan orang yang punya penggemar apalagi secret admirer, (yah gampangnya, belum ada orang yang kesengsem sama saya dengan sekali lihat dari wajah) maka foto saya aman. Tapi saya tersadar, saya sering mendapati orang-orang berkomentar secara lisan (gak dikomen di FB nya) terhadap foto yang orang lain upload di fb dengan kalimat yang mencemooh fisiknya, padahal sungguh fisik itu adalah ciptaan Allah, bukan keinginan pemilik rupa tersebut. Maka saya tak ingin, nantinya ada orang yang terhipnotis melihat foto saya (okeh, kalimat ini lebay, hehehe) ataupun menghina rupa saya ciptaan Allah ini karena foto saya.
Cukuplah orang yang bertemu saya di dunia nyata yang mengetahui rupa saya :)
Meski.. saya pun tak memungkiri kadang saya tetap foto sama teman-teman dekat untuk kenang-kenangan: acara wisuda, sidang sarjana, reuni, dll. Saya mengakui, sebelum kejadian ini, saya termasuk banci kamera :D Terkadang sulit minta teman saya ini untuk tidak mengupload foto saya, atau minta untuk tidak di tag sekalian. Yah, setidaknya, saya berproses, dan biar Allah menilai usaha saya ini untuk menutup satu pintu datangnya pujian atau cemoohan yang saya tidak siap untuk tanggulangi :)
Allahu musta'aan
salam,
dinni
Teman-teman yang sudah berteman di facebook dengan saya sebelum juli 2010 sepertinya tahu bahwa saya dulu pernah menggunakan foto profil yang memang benar foto saya - ada wajah saya. Tapi kemudian perlahan foto saya menghilang dari pandangan teman-teman.. baik di proteksi ataupun saya delete.
Bermula di tahun 2010 (sejatinya saya lupa mulai kapan, tapi kayanya sih bener tahun 2010), saat itu masih hangat-hangatnya tren tontonan film bioskop, novel, atau sinetron yang menamplkan tokoh atau cerita dengan label islami. Waktu saya lagi log in FB, tetiba di bagian ad atau promoted page muncul fan-page seorang aktris yang mengenakan hijab/khimar. Iseng, saya buka link fan-page tersebut dan melihat ada banyak (puluhan) foto aktris tersebut (yaiyalah, fan page aktris itu penuhnya ya sama fotonya, masa sama foto saya, hahaha). Foto-foto disitu ada yang dipost oleh pembuat page, ada juga yang diupload oleh para likers atau jempolers (maksudnya yang nge-like, gituh).
Bukan, bukan jumlah foto, performance, pose, apalagi fashion aktris tersebut yang menjadi perhatian saya. Saya saat itu hanya sekedar ingin tahu seperti apa fan-page seorang aktris karena saya hanya menjempoli fan-page penulis atau page dari beberapa buku, belum tau page selebriti. Maka saya buka beberapa foto di page itu, dan terdiam memandang foto-foto tersebut.
Saya tidak bisa berbohong bahwa sebagai wanita pun saya terpana dengan kecantikan mbak aktris berhijab ini. Tapi sungguh, diamnya saya saat itu karena terhenyak, dan menyadari ada perasaan dari lubuk hati saya yang mengatakan bahwa ada yang gak oke, pada page tersebut, juga pada saya.
Ucapan saya saat melihat foto itu yang dijempoli dan dikomentari puluhan hingga ratusan penggemarnya (saya gak ingat, mungkin ada yang dijempoli ribuan orang juga?) adalah kalimat istighfar, "astagfirullah". Bukan, bukan karena saya lebih suci, bukan pula karena foto tersebut menurut saya jelek. Bukan karena fisik, karena pun pakaian, akhlak, dan amal saya mungkin tak sebaik mbak aktris ini. Tapi karena ketika melihat komentar di foto itu, melihat jempolers di foto itu... membuat saya sadar bahwa ada yang belum benar pada fesbuk saya. Kalimat komentar pada foto-foto itu adalah kalimat thayyibah, kalimat yang baik, bahkan banyak yang isinya pujian kepada Allah seperti "subhanallah", "masya Allah", "alhamdulillah".
Tapi..
Tapi banyak dari jempolers dan komentator dari foto-foto itu adalah kaum pria, ya: LELAKI. Entah lelaki tipe yang senang datang ke pengajian atau lelaki yang mana saya gak tau. Bahkan ada di dalam salah satu komentar yang tertulis mengerikan: mimpi bertemu sang aktris, terus kepikiran sang aktris, berharap pasangannya bisa dipoles seperti sang aktris. Saya gak nemu kata lain selain kata ini: NGERI. Saya merasa ngeri mengetahui ada laki-laki yang memandang foto sang aktris sambil berangan-angan entah apapun angan-angannya. Saya ngeri mengetahui ada laki-laki diantara komentator itu yang tidak khusyu sholatnya karena pikirannya teralihkan dengan mbak aktris ini. Saya ngeri mendapati ada orang yang memajang foto mbak aktris ini di wallpaper desktopnya, di hape nya, bahkan mengoleksi foto-fotonya. Aaaaa.. pokoknya saya ngeri menyadari bahwa ada sholat-sholat yang tak khusyu karena foto itu, ada doa-doa yang akhirnya terpanjat dengan hati yang lalai karena foto itu, ada laki-laki yang berandai-andai padahal andai-andai nya itu tak dibenarkan agama karena foto itu.
Sedari dulu saya berfikir bahwa foto saya itu "aman" untuk dilihat karena saya mengenakan khimar (kerudung) sehingga aurat sudah tertutup. Tapi melihat ini, mbak aktris dengan aurat tertutup dan pose foto gak macem-macem pun menggemparkan laki-laki, maka foto saya tak aman. Saya juga pernah berfikir, karena saya bukan tokoh terkenal, saya juga bukan orang yang punya penggemar apalagi secret admirer, (yah gampangnya, belum ada orang yang kesengsem sama saya dengan sekali lihat dari wajah) maka foto saya aman. Tapi saya tersadar, saya sering mendapati orang-orang berkomentar secara lisan (gak dikomen di FB nya) terhadap foto yang orang lain upload di fb dengan kalimat yang mencemooh fisiknya, padahal sungguh fisik itu adalah ciptaan Allah, bukan keinginan pemilik rupa tersebut. Maka saya tak ingin, nantinya ada orang yang terhipnotis melihat foto saya (okeh, kalimat ini lebay, hehehe) ataupun menghina rupa saya ciptaan Allah ini karena foto saya.
Cukuplah orang yang bertemu saya di dunia nyata yang mengetahui rupa saya :)
Meski.. saya pun tak memungkiri kadang saya tetap foto sama teman-teman dekat untuk kenang-kenangan: acara wisuda, sidang sarjana, reuni, dll. Saya mengakui, sebelum kejadian ini, saya termasuk banci kamera :D Terkadang sulit minta teman saya ini untuk tidak mengupload foto saya, atau minta untuk tidak di tag sekalian. Yah, setidaknya, saya berproses, dan biar Allah menilai usaha saya ini untuk menutup satu pintu datangnya pujian atau cemoohan yang saya tidak siap untuk tanggulangi :)
Allahu musta'aan
salam,
dinni