Sunday, June 28, 2015

Antara saya dan setrika

2

Suatu hari saat saya lagi melihat-lihat newsfeed facebook, saya menemukan post menarik dari Teh Kiki Barkiah (alumni ITB, gak kenal di dunia nyata cuma tau dari grup ITBMotherhood, hehe), post beliau saat itu membahas tentang pekerjaan rumah yang buat saya butuh waktu dan konsentrasi tinggi buat dikerjain: Menyetrika pakaian. Hahaha.

Diantara kegiatan domestik (rumahan), saya gak merasa berat dengan yang lain kecuali setrika. Menyetrika pakaian di rumah ibu-bapak saya itu artinya berdiri selama menyetrika kaya upacara (soalnya pakai meja), mandi keringat (hawa dari setrikaan kali yaa.. hahaha), dan menyita waktu. Biar pun begitu, saya masih rajin setrika kok.. ;)

Nah, postingan teh Kiki tentang setrikaan ini menarik buat saya karena selama ini saya penasaran sama rahasia keren nya teh Kiki. Beliau adalah ibu muda beranak lebih dari 3 (klo ga salah ngitung sih 5), tinggal di USA bersama suami dan anak-anaknya, tanpa asisten rumah tangga, dan anak-anak beliau yang saya tau dididik dengan metode Home Schooling yang kurikulumnya beliau atur. Asli, melihat saudara-saudara saya mengasuh anak yang kurang dari 3 dan mengerjakan pekerjaan rumah tanpa asisten aja udah keren bangeeet.. itupun sesekali saudara-saudara saya terbantu dengan adanya kemungkinan mendapatkan bantuan dari keluarga, entah adik, sepupu, atau orangtua. Lah teh Kiki ini, jauh dari keluarga, jadi semua-mua dihandle beliau dan suaminya. Keren banget-banget-banget lah, maasyaa Allah. Makanya saya pengen tau gimana cara bliau alokasiin waktu untuk kegiatan superpadat ini, termasuk kapan nyetrika, hahaha. (Semoga Allah memudahkan urusan para ibu-ibu, aamiin)

Di postingan teh Kiki, beliau menyebutkan kalau saat itu sedang ada gerakan diantara emak blogger (pas saya baca postingan bliau maksudnya, udah agak lama), yang diberi nama Gerakan Tanpa Setrika. Beliau cerita bahwa sebelum nemu gerakan ini pun beliau sedikit-sedikit menerapkannya. Aha, terjawablah satu misteri tentang gimana teh Kiki menyetrika. Beliau mencuci di sebuah fasilitas pencucian baju umum (yg kaya di Mr. Bean gitu ya kayanya), selesai dari mesin cuci baju langsung dilipat rapi, kalau dijemur maka dijemur gantung rapi, dan begitu diangkat dari jemuran dilipat rapi. Hasilnya, kata beliau bajunya gak terlalu kusut bahkan cenderung rapi. Membaca cerita bliau, akhirnya saya gugling tentang GTS alias Gerakan Tanpa Setrika itu. GTS ini dicetuskan oleh seorang blogger bernama mbak Dwi dan banyak pendukungnya ternyata, hahaha. Tentu saja pendukung nomor satu adalah emak-emak. :D Well, siapa juga yang gamau punya me time atau kegiatan bermanfaat lain karena berhasil menyelesaikan setrikaan baju lebih cepat dari biasanya, kan? :p

Dan sekitar dua pekan lalu, saat saya sedang menyetrika pakaian di rumah, tante saya datang dan mengeluhkan soal setrikaan yang baginya seperti kisah yang tak berujung. Sambil menyetrika, saya bercerita tentang GTD ke tante saya berikut tips nya. Awalnya saya kira saya bakal kena marah atau di cap pemalas, tapi reaksi tante saya justru sebaliknya, bliau sumringah dan segera pulang ke rumahnya. Loh kok?!

Tiga hari yang lalu, lagi-lagi saat saya sedang menyetrika pakaian keluarga, tante saya datang dan berkata kegirangan,
"Aduh dini, kok masih nyetrika udah tahun 2015. Yang diaetrika sama tante sekarang yang lecek banget aja, kaos2 yg ga kusut gak disetrika, hemat listrik hemat waktu hemat tenaga, waktunya bisa dialihkan buat ngajarin anak-anak".

Mendengar kalimat tante saya, saya melirik ibu yang saat itu sedang merapikan meja makan. Ibu menatap saya dengan tatapan yang kira-kira bermakna "that's a big NO". Ahahaha, pengen rasanya saat itu bilang ke ibu "tenang bu, anak ibu masih rajin megang setrikaan, kan blom ada anak yang perlu diajarin" ;)

Yaah.. begitulah, urusan setrikaan dan GTS ini akhirnya seperti kasus problem-solving manajemen, dimana solusi yang satu belum tentu cocok untuk subjek yang berbeda :)) pengetahuan yang kita dapat pun mungkin tidak untuk menginspirasi kita, tetapi menginspirasi orang lain saat kita bercerita. GTS mungkin cocok buat sebagian orang, tapi buat ibu dan bapak saya, GTS adalah solusi yang sepertinya takan pernah diambil selama kami di rumah (kalo lagi jalan jalan mah kan beda cerita, hehehe).

Sekian dulu kisah setrikaannya, lain kali mungkin akan ada cerita soal pekerjaan domestik lainnya. Mohon maklum, itu kerjaan sehari-hari saya saat ini :)

Puyo - Silky Puding Green tea

0

Setelah sekian lama melihat resep silky puding yang disebut puyo di grup NCC dan melihat para member banyak yang me-remake resep ini, saya jadi tergoda buat ikutan bikin juga. Mumpung ada partner buat bereksperimen di dapur, adik saya.

Resep ini berasal dari Mbak Emma Retna, pemilik Dapur Bakulan Emma.
Kali ini saya coba pakai jelly rasa greentea.

Penting: puding hasil resep ini gak kokoh jadi gak bisa dikeluarkan dari cetakan. So, setelah matang, masukkan ke wadah-wadah siap makan seperti cup puding personal

Puyo Lava (14 cup kecil)
oleh Dapur Bakulan Emma

Bahan:

  • 1 bgks jelly aneka rasa... nutrijell ukuran 15gr yg biasa dipasaran * atau 8-10 gr jelly aneka rasa utk hasil puyo yang benar-benar lembut, langsung hancur dimulut
  • 1100 ml susu cair plain atau ganti separuhnya dengan susu kedelai siap pakai
  • 110 gr Gula pasir atau sesuai selera
  • 2 sdm maizena
  • 1 bgks vla instan (Myvla keluaran Nutrijell), kentalkan dengan 250 ml air panas
  • gelas kecil puding *jika menggunakan jelly plain, untuk aroma dan warna bisa meenggunakan essens dan pewarna makanan atau pasta makanan
Cara membuat:

  1. Tuang maizena dan tepung jelly ke dalam panci kosong n kering. Aduk biar tercampur. Tuang susu secukupnya. Aduk rata sampai tidak bergumpal
  2. Setelah tidak bergumpal masukkan sisa susu dan gula
  3. Masak diatas api sedang sambil terus diaduk sampai mendidih supaya susu tidak pecah dan tidak berkerak gosong dibagian bawah panci. Matikan kompor *Jika menggunakan nutrijell plain, masukkan essens dan pewarna makanan
  4. Isikan ke setengah bagian gelas puding kecil. *Jangan dicetak di cetakan besar, akan hancur karena bentuknya tidak kokoh
  5. Dinginkan sebentar di freezer sampai berselaput. Keluarkan
  6. Tuangkan 1 sdm vla instan diatas puding tadi
  7. Tuangkan kembali larutan puding diatasnya *jika sisa puding di panci mengental/mengeras. Encerkan kembali dengan api kecil
  8. Biarkan mengeras. Nikmat dimakan dingin
Daan.. ini hasil saya. Langsung ludes dimakansama saudara-saudara di musholla setelah tarawih. Alhamdulillah.

Martabak Telur Tahu

0

Postingan eksperimen dapur saya dan adik saya kali ini adalah jajanan antigagal. Disebut antigagal karena pada dasarnya siapapun bisa membuat yang satu ini. Segagal-galanya, paling hanya karena keasinan ;). Masih dalam rangka makanan berbuka puasa, dan Alhamdulillah ya, kali ini adik saya gak ngajakin bikin ini diisi sosis, hahaha.

Yup, kali ini kita bikin makanan yang gampang banget: Martabak Telur Tahu. Makanan ini merupakan varian dari martabak telur tapi dibuat menggunakan kulit lumpia yang sudah jadi dan tinggal beli di pasar atau swalayan, lalu isi dengan isian suka-suka, seperti telur, daging cincang, tahu, atau appaun lah semisal oncom buat penggemar oncom. :D

Untuk membuatnya, yang pertama harus disiapkan adalah: Niat! *ngikutin andre dan hesti di acara pagi-pagi*
Pada eksperimen kali ini, semuanya ditakar suka-suka, jadi kami gak ngasih patokan jumlah. Kemudian yang perlu disiapkan adalah.. bahan-bahannya berikut ini:

Bahan:
Kulit lumpia
Telur untuk isian
Tahu
Merica bubuk
Garam
Daun bawang

Telur untuk olesan (sedikit aja)

Cara membuat:
untuk membuat isi, iris halus daun bawang, masukkan ke wadah, masukkan tahu lalu hancurkan tahu, masukkan telur, merica, dan garam. Aduk rata. Isian yang baik itu tidak terlalu encer karena kebanyakan telur juga tidak terlalu padat karena kebanyakan tahu. Dikira-kira aja ya. ^^
ambil selembar kulit lumpia, letakkan isian di atasnya (sekitar 1,5 - 2 sendok makan cukup kira-kira), lalu lipat atau gulung.
Rekatkan bagian ujung kulit dengan olesan telur
Goreng dengan api kecil atau sedang hingga kuning keemasan, angkat, sajikan.

Gampang kan? Gampang kan? :D

Wednesday, June 24, 2015

Pertama di 2015 dan Kehidupan Pasca Kampus

3

Postingan tulisan pertama di 2015 setelah sebelumnya cuma share resep aja... *oi sadar dong udah bulan apa ini.... hahaha

Alhamdulillahirobbil'alamiin.. terhitung 9 Maret 2015 saya semi M.T (sidang) dan 27 Maret 2015 resmi M.T. (well, ini beban moral sebetulnya, hoho). Terimakasih banyak banyak banyaaaak untuk semua keluarga, saudara-saudari, guru-guru, dan teman-teman yang sudah mendoakan dan mendukung studi saya, semoga Allah membalas kebaikan kalian semua dengan kebaikan yang terbaik, aamiin.

Sejak awal Juni saya udah gak punya kost lagi di Bandung, jadi hijrah kembali ke rumah ortu dengan status pengacara alias pengangguran banyak acara. Disebut pengangguran karena secara resmi emang udah gapunya kerjaan, disebut banyak acara karena emang masih ada beberapa kegiatan yang menyita perhatian dan waktu *tsaaah, sok sibuk*.

Trus ngapain aja sekarang? Main sepeda, main sama sepupu dan keponakan yang bocil ucul, eksperimen di dapur, mantengin lowongan kerjaan, bantu-bantu kepanitiaan konferensi di kampus (makanya masih ngampus kadang-kadang), nyuci, nyapu, ngepel, nyetrika, nyiram tanaman, baca-baca *awas, pencitraan :p*, daaan... berkelana dari satu web univ ke web univ lainnya kalau lagi rindu kuliah (apa hubungannya? ada deeh..).

Overall, masa masa menjadi pengacara ini sebetulnya cukup menyenangkan, Alhamdulillah, kecuali bagian kalau lagi ketemu orang trus ditanya "kapan kerja? kapan punya calon?  kapan nikah? Kamu s2 karena mau jadi dosen ya? Nyari kerjanya terlalu milih gaji ya? Itu lowongan banyak masa gak ada yang sesuai?" dan sederet pertanyaan lainnya. Kalau lagi adem ayem dan ditanyainnya pakai cara yang adem sih pertanyaan-pertanyaan tadi itu insyaa Allah mudah jawabnya, tapi kadang ditanyanya pakai nada interogasi dan penuh judgement sampai kudu banyak-banyak istighfar biar gak nyolot jawabnya. Da saya teh manusia biasa, masih banyak keselnya :(

Kapan kerja?
Entah, saya udah mencoba mengirimkan aplikasi ke beberapa perusahaan tapi belum ada hasil, mungkin karena kualifikasi yang dicari bukan yg seperti saya, dan mungkin juga Allah punya rencana lain untuk saya selain kerja. ;)

Itu lowongan banyak masa gak ada yang di apply?
Adaaa, ada yang sudah berstatus applied, tapi emang nyari pekerjaan ini banyak faktornya dan tiap orang beda. Saya sendiri karena alasan pribadi dan orangtua, mencari kerjaan yang gak terlalu jauh dari domisili saya saat ini, yang kira-kira aman untuk aqidah saya, yang gak bikin khawatir ortu dan diridhoi lah pokoknya.

Kapan punya calon? Kapan nikah? Ah yang ini mah di skip aja, masih jadi rahasia Allah, bukan jatah saya buat jawab, hahaha.

Kamu s2 karena mau jadi dosen ya? Mmm.. buat sebagian orang di sekitar saya, orang yang kuliah sampai s2 itu PASTI mau jadi dosen, padahal saat ini jadi dosen itu kudu s3, karena s2 aja dinilai gak cukup sama pemerintah. Saya s2 karena kesempatannya ada, beasiswa, dan merasa masih pengen belajar, itu aja. Berujung jadi dosen, jadi pegawai, atau ibu rumah tangga.. saya sampai saat ini belum merasa itu sebuah masalah :)

Nyari kerjanya terlalu milih gaji ya? Enggaaaak.. seriously bukan karena milih-milih gaji. Buat saya, gaji itu yang penting sesuai dengan beban kerjaan. Yang dicari pertama dari sebuah pekerjaan adalah keberkahan, insyaa Allah *ustadz mode*. Saya cenderung menyukai pekerjaan yang masih memungkinkan saya punya waktu untuk keluarga, berkegiatan sosial, dan liburan. Soalnya, prinsipnya kerja itu sebagai salah satu ikhtiar menyambung hidup, untuk keluarga.. kalau kerja sampai ga ada waktu untuk yang dicinta kok rasanya sayang amat ya. Hidup itu singkat bro sist, haha :D

well.. happy fasting, Ramadhan kareem ^^

Monday, June 22, 2015

American Risoles a.k.a Risoles Sosis Keju (with Oat)

0

Sepertinya motto adik saya saat liburan panjang pulang dari asrama adalah tiada hari tanpa memasak. Sejak pulang ke rumah untuk libur kelulusan dari SMP yang diikuti libur panjang Ramadhan, adik saya hampir setiap hari merayu mengajak saya bikin makanan ini dan itu. Berhubung saat ini sedang bulan Ramadhan, jadi coba-coba di dapurnya dirubah menjadi sore menjelang buka puasa.

Kali ini bikin risoles karena terinspirasi dari salah satu tante saya, Bi Oom, yang punya bisnis kue dan sering membuat risoles enak tapi isinya sayuran. Berhubung di rumah ada sosis (adik saya hobi banget beli sosis dah ya kayanya --"), keju, dan wortel maka kami memutuskan untuk membuat risoles isi keju wortel sosis ala-ala risoles yang sekarang lagi booming dinamai American Risoles. Dinamai American Risoles sepertinya karena biasanya dibuat dengan isian seperti burger: beef burger, keju, dan sayuran/salad untuk burger dimana burger diidentikan dengan negeri paman sam itu. Padahal aslinya kata ibu-ibu di grup NCC yang tinggal di amerika, di amerika ga dikenal risoles khas sana. Hahahaha.

Untuk baluran krenyesnya, seharusnya pakai tepung roti atau breadcrumb. Berhubung di rumah gak ada dan bakal kesorean kalau beli dulu, akhirnya kami menganti breadcrumb dengan oat alias havermout instant yang biasa untuk bubur. Menurut sebagian orang, oat yang digoreng itu menyerap banyak minyak dibandingkan tepung roti dan sejenisnya sehingga tidak sehat. Makanya saya dan adik saya pun gak mau repot-repot mengklaim risoles buatan kami ini sebagai makanan sehat. :p *cariaman*

Oke, itu tadi Kitchen story behind the recipe (apaan dah). Inilah resepnya...

Risoles Sosis Keju balur Oat

Bahan Kulit Risoles:
*resep kulit saya adaptasi dari resepnya teh Ricke di link ini
100 gram terigu protein tinggi (tapi saya pakai terigu tak ber merk, jadi gatau jenisnya)
1/4 sendok teh garam
1/4 sendok teh merica bubuk
1 butir telur
300 ml susu cair
1/2 sendok makan margarin dilelehkan atau 1 sendok makan minyak goreng

isi:
isian sepertinya bebas suka-suka, untuk yang saya buat, isiannya speerti berikut,
sosis dipotong menjadi dua memanjang
keju cheddar potong memanjang
3 buah wortel, diparut panjang halus (seperti untuk asinan sayur)
1 siung bawang putih, geprek lalu cincang halus
1 siung bawang merah, iris halus
sedikit minyak untuk menumis
mayonaise

pelapis:
2 butir telur, dikocok lepas
tepung panir secukupnya (saya pakai oat instan)

cara membuat:
1. campur terigu, garam, dan merica bubuk dalam wadah, aduk rata. Buat lubang di tengah, masukkan terigu, aduk dengan sendok atau balloon whisk. Masukkan susu cair sambil diaduk agar merata dan tidak ada gumpalan/bergerindil. Jika ada adonan yang bergerindil dan susah dihaluskan, adonan bisa disaring. Masukkan margarin cair atau minyak goreng, aduk rata.
2. panaskan wajan untuk mendadar (yang anti lengket tentunya :D), tuang adonan untuk membuat dadar tipis-tipis. Diamkan sebentar hingga permukaan agak kering, angkat. Dan ulangi hingga semua adonan menjadi kulit risoles. (Tips: api kecil saja, kalau terlalu panas nanti kulitnya jadi gak mulus)
3. panaskan wajan, tumis bawang dan wortel hingga wortel layu. Matikan kompor, angkat tumisan.
4. Ambil selembar kulit risoles, letakkan sosis, keju, dan wortel diatasnya (ditata di satu sisi untuk digulung), tambahkan mayonaise secukupnya (kalau kebanyakan takutnya bocor, hehe). Lipat lalu gulung. Ulangi hingga habis.
5. Gulingkan risoles yang sudah digulung ke tepung panir/oat, lalu celup ke kocokan telur, dan kembali gulingkan ke tepung panir/oat.
6. Goreng dalam minyak panas hingga kuning kecoklatan. (Tips: api jangan besar-besar, nanti kulit cepat gosong). Angkat dan tiriskan. Lalu hidangkan.

Tips (lagi):
1. gunakan minyak yang masih bersih untuk mendapatkan risoles dengan warna kuning keemasan yang oke banget
2. supaya risoles gak pecah saat digoreng, pastikan risoles digulung rapat. Kalau perlu, rekatkan ujung gulungan kulit risoles dengan olesan telur. Dan saat digoreng, kalau risolesnya melendung (jadi buncit gitu maksudnya) tusuk dengan lidi kecil atau tusuk sate, untuk menghindari risoles pecah atau betus saat digoreng.

Selamat mencobaaa ^^

Wednesday, June 3, 2015

Cilok Kuah Cuko

0

Postingan kali ini tanpa resep yaa.. karena murni eksperiment dna cuma dicampur dari makanan sisa aja :)

Salah satu tante saya, Bi Elni (di keluarga saya tante itu dipanggil dengan sebutan bibi), lagi rajin eksperimen bikin pempek dengan cara cilok karena terpesona dengan cilok buatan saya dan adik saya beberapa hari lalu yang gak sempat difoto. Kata tante, cilok kami lembut kaya pempek, padahal bikinnya ngasal dan ga pake takaran, hahaha. Kemarin, tante saya bikin cilok lagi dengan ukuran jumbo dan ada sisanya di kulkas. Kebetulan di kulkas ibu saya sedang ada sisa cuko pempek dan di meja makan ada tahu dan tempe goreng, sehingga jadilah menu ini :D #gakmodal

sebelum-sebelum ini pun saya senang makan cireng, tahu, dan tempe pakai cuko pempek. Salah satu bumbu/saus ajaib yang ada di dunia ini bagi saya adalah sambal kacang/sambal lotek dan cuko pempek, karena bisa dipakai untuk menemani berbagai macam masakan.

so.. this is it! Ciloknya direbus sampai empuk, lalu masukkan kedalam cuko, tambahkan tahu dan tempe goreng.

Seblak

0

ynag ini posting dulu aja yak, resep kapan-kapan, mahakarya adik saya. Doi terpesona sama seblak sejak pertama kali saya kuliah di Bandung dan saya buatin, sekarang malah rajin bikin seblak denan kreasinya yang macem-macem. Di foto ini, seblaknya pakai kerupuk udang -asli- cirebon featuring opak aci dari tasik. as you can see, ukurannya gede-gede yak. Ini versi seblak kering, makanya gak berkuah, jadi kaya kwetiau goreng sih kata saya mah. :))