Thursday, November 21, 2013

Pengadilan Jeruk

0

Pernah makan jeruk, kan?
Ada jeruk yang terlihat begitu manis dengan warna kulit jingga keemasan, rasanya manis tak mengecewakan. Jeruk lainnya berkulit hijau meski telah tua atau ranum, dan rasanya kecut masam tak enak ditelan. Tapi, ada pula jeruk berkulit hijau yang rasanya manis menyegarkan.

Sama seperti halnya jeruk shantang atau jeruk kecil-kecil yang belakangan mudah kita temui di pasar-pasar penjaja buah. Di Indonesia, masyarakat kita mengenal dua jenis jeruk shantang. Jenis yang pertama dikenal adalah shantang yang penampakannya mirip jeruk mandarin namun ukurannya mini: berkulit tipis, warna jingga kemerahan. Jeruk shantang jenis kedua yang biasa ditemui di penjual buah biasa disebut shantang madu atau shantang daun. Shantang madu/daun ini penampilannya mirip jeruk siem atau keprok dalam ukuran mini: kulit hijau tua dengan sedikit gradasi jingga bila ranum, daging buah berwarna kuning atau jingga, dan kandungan air lebih banyak dari shantang yang mirip mandarin. Rasanya shantang madu ini sesuai namanya, super manis nyaris tanpa rasa masam.

bagi yang menginginkan jeruk shantang manis tapi belum mengetahui jeruk shantang madu, mungkin ketika disuruh memilih shantang mandarin dan shantang madu, orang tersebut akan memilih shantang mandarin karena penampilannya yang menjanjikan: warna jingga khas jeruk manis ranum. Tapi buat yang mendambakan jeruk manis dan berair dan sudah mengetahui kedua jenis shantang ini, tentulah akan memilih shantang madu.

dan, begitulah hidup ini. Seringkali kita melihat dengan sudut pandang 'umumnya' yang akhirnya seperti mengadili. Kita mengadili jeruk shantang madu yang berkulit hijau sebagai jeruk yang masam tanpa pernah mencobanya, mengetahui isi di dalamnya, dan merasakannya. Kita terlanjur terpikat pada hal umum yang dipegang oleh banyak orang, "katanya jeruk yang manis itu kulitnya oren", "biasanya jeruk yang matang itu begini, begitu, seperti ini, seperti itu".

Lain lubuk, lian ikannya. Lain ladang, lain pula jeruknya. Begitulah kita, manusia, seringkali memberikan penilaian atau labeling pada orang lain, tanpa pernah benar-benar berinteraksi, mencari tahu, siapa dan bagaimana sesungguhnya orang yang dikatakan baik atau buruk oleh orang-orang ini. Benarlah pepatah berbahasa inggris yang menyebutkan jangan menilai sebuah buku dari halaman muka nya. Karena jeruk yang hijau, tak selamanya masam.